6.     Resiko komunikasi
7.     Representasi alam dalam kultur populer dan pemasaran hijau (Cox, 2010: 17).
Beberapa orang yang telah mempelajari komunikasi lingkungan ini memiliki berbagai macam asumsi mengenai hubungan antara manusia dengan alam, yang disampaikan melalui komunikasi budaya, media massa, komunikasi publik, komunikasi interpersonal, kultur populer. Asumsi – asumsi tersebut di atas dapat disampaikan baik secara verbal maupun nonverbal, publik maupun interpersonal, tatap muka ataupun melalui mediasi yang semuanya terangkum dalam berbagai macam konteks, baik konteks sosial, ekonomi, dan politik (Milstein dalam Littlejohn & Fross, 2009). Berbagai konteks yang telah disebutkan di atas mempengaruhi dan membentuk bagaimana cara kita berkomunikasi, mengarahkan dan juga mempersempit cara pandang yang berbeda dalam melihat alam.
Pada hasil akhirnya, manusia yang mempelajari mengenai komunikasi lingkungan tidak hanya melulu menghafal soal pengertian dan pemahaman, namun diharapkan lebih, yaitu dapat mengaplikasikan dan mengembangkannya dalam hubungan antara manusia dengan alam. Hubungan tersebut harus dijaga sehingga manusia dapat membentuk persepsinya tentang lingkungan. Semacam tuntutan, namun untuk kehidupan bersama dan untuk melestarikan alam.
Â
Sumber           :         Â
Cox, Robert. (2010). Environmental Communication an the Public Sphere. California: Sage Publication.
Littlejohn, Stephen W. and Karen A. Â Fross. (2009). Encyclopedia of Communication Theory. SAGE Publications, Inc. USA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H