Mohon tunggu...
IBNU RIPANT
IBNU RIPANT Mohon Tunggu... Guru - Pegiat di Smanewa

Saya adalah seorang anak dan murid yang akan selamanya begitu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara (Sebuah Kesimpulan dan Refleksi)

13 September 2022   15:36 Diperbarui: 13 September 2022   15:41 8010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara

Ki Hajar Dewantara atau KHD, adalah salah satu nama terdepan yang akan orang ingat khususnya di dunia pendidikan Indonesia. Banyak sekali buah pemikiran filosofis beliau terkait dengan pendidikan yang sampai dengan sekarang masih sangat relevan dan digunakan khususnya di Indonesia. Beberapa Pemikiran KHD berkaitan dengan pendidikan adalah sebagai berikut:

  • Pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia. Dalam kerangka pemikirannya, KHD membedakan antara Pendidikan (opvoeding) dan Pengajaran (onderwijs), namun keduanya merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya dalam hal mewujudkan kemerdekaan diri.

  • Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Hal ini jelas bahwa proses pendidikan terhadap anak itu harus dilakukan sejak usia dini (benih) dengan cara dan metode yang sesuai.

  • Pengajaran dan Pendidikan berguna untuk perikehidupan bersama. KHD berpikiran bahwa pendidikan dalam hal berguna untuk perikehidupan bersama ialah memerdekakan manusia sebagai bagian dari persatuan (rakyat), artinya manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung atau diperintahg oleh orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri.

  • Pendidikan bertujuan menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak. KHD menjelaskan bahwa pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Artinya bahwa setiap anak itu sudah dikaruniai ‘karakter dan kemampuannya masing-masing’ oleh Alloh SWT bukan seperti kertas kosong. 

  • Dalam hal ini KHD mengibaratkan anak-anak (murid) sudah menjadi biji tanaman atau tumbuhan yang ditanam di lahan persemian, sedangkan guru berperan sebagai petani atau tukang kebunnya. Artinya kita sebagai pendidik memosisikan diri sebagai fasilitator/ pengarah pamong anak dengan segala karakter yang berbedanya untuk ‘memamongi’ apa yang sudah anak miliki supaya terarah dan terukur untuk mencapai kemerdekaan belajarnya.

  • Pendidikan harus tetap terbuka terhadap segala perubahan yang terjadi. Perubahan merupakan sebuah keniscyaan dalam kehidupan manusia. Begitupula dalam pendidikan, arus perubahan akan terus seiring perkembangan zaman akan terus terjadi. Namun tugas kita sebagai pendidik adalah bagaimana cara kita ‘menyaring’ dan memilah mana yang sesuai dengan kearifan sosio-kultur daerang masing-masing. 

  • Sebagaimana yang disampaikan oleh KHD “waspadalah, carilah barang-barang yang bermanfaat untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut dilaraskan lebih dahulu”.

  • Pendidikan berkaitan dengan Kodrat Alam dan Kodrat Zaman. Menurut KHD proses pendidikan anak harus sesuai dengan karakter anak masing-masing dengan penyelarasan terhadap perkembangan zamannya. Kita sebagai pendidik tidak mesti menyamakan ‘semua’ gaya pembelajaran yang kita terima pada masa kecil kita diterapkan dengan gaya pembelajaran anak-anak kita saat ini. 

  • Tentunya kebutuhan dan sosial budayanya sudah berbeda seiring dengan perubahan zaman. “Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan  anak-anak  didik,  baik  mengenai  hidup  diri  pribadinya  maupun  hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21)

  • Pendidikan Budi Pekerti. Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga atau dengan kata lain perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). 

  • KHD juga menjelaskan bahwa lingkungan keluarga yang berisi orangtua merupakan tempat terbaik dan paling utama untuk melatih pendidikan sosial dan budi pekerti dan karakter baik bagi seorang anak, sebelum anak memasuki jenjang pendidikan formal. Jadi fungsi orangtua dan guru sangat penting dalam menunjang perkembangan pendidikan anak. 

  • Keduanya bisa saling kolektif kolegial saling melengkapi dan mengisi, orangtua bisa sebagai guru tebaik di rumah, begitupun guru bisa menjadi orangtua yang baik di sekolah. Sehingga seorang anak ketika membuat sebuah keputusan menjadi keputusan yang bertanggungjawab dalam kemerdekaan dirinya dan kemerdekaan orang lain. Disamping itu Budi Pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya (kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain.

B. Pemahaman terhadap murid sebelum mempelajari Pemikiran KHD

Pada waktu sebelum mempelajari pemikiran KHD, saya menganggap hal – hal yang terkait dengan murid adalah sebagi berikut ini:

  • Murid hanya kertas kosong. Di sini kita memahami bahwa pendidikan/pembelajaran terpusat kepada guru, segala sesuatu tergantung dari gurunya yang mengajar di sekolah.
  • Utamakan nilai kognitif. Mengukur kelebihan dan kesuksesan suatu proses pendidikan diukur dari nilai kognitif yang anak dapatkan tanpa melihat bagaimana cara mereka meraih nilai tersebut, apakah melalui cara yang jujur (belajar sungguh – sungguh) atau dengan cara kurang baik (menyontek).
  • Menghukum (punishment)untuk menyadarkan anak berbuat salah. Ketika anak melakukan suatu kesalahan maka jalan terbaiknya adalah dengan memberikan hukuman (punishment) sehingga anak tidak akan melakukan kesalahn yang sama di kemudian hari.

  • Anak sebagai obyek pendidikan. Semua sudah mahfum bahwa dalam dunia pendidikan anak merupakan obyeknya, jadi mereka seperti barang yang bisa diperlakukan untuk kesuksesan suatu lembaga pendidikan.
  • Menuntut murid sesuai dengan keinginan sekolah dan orangtua. Hampir di semua tempat, anak yang sukses adalah murid yang berhasil sesuai dengan keinginan orangtua dan sekolah.

  • Metodologi Pedagogik terbaik bersumber dari Dunia Barat. Seiring majunya teknologi informatika, kita bisa mengetahui perkembangan yang terjadi di belahan bumi manapun. Termasuk dengan perkembangan dan kemajuan pendidikan di Dunia Barat yang konon sangat mengagumkan dan luar biasa, sehingga saya berpikir bahwa tentunya sangat cocok bila metodologi tersebut juga diterapkan murid – murid sekolah di Indonesia.

C. Pemahaman yang berubah terhadap murid setelah mempelajari Pemikiran KHD

Setelah saya mempelajari pemikiran KHD baik bersumber dari modul maupun dari sumber lainnya; video, artikel, tulisan kritis, dlsb. Banyak pemikiran saya yang berubah dan secara langsung mempengaruhi karakter dan pribadi saya dalam mendidik murid.

  • Murid bukanlah kertas kosong. Dalam pemikiran KHD bahwa murid bukan kertas kosong, namun mereka sudah dianugerahi kodrat (kodrat alam) oleh Alloh Swt. Kita sebagai pendidik ‘hanya’ bertugas mendesain kodrat yang berikan Sang Pencipta kepada murid untuk berjalan dengan arah yang tepat dan sesuai dengan perkembangan zamannya.
  •  
  • Utamakan nilai budi pekerti. KHD berpendapat bahwa keberhasilan anak tidak melulu diukur dari nilai kognitifnya (cipta) tapi juga karsa (afektif) dan karya (psikomotor) yang berpadu mewujudkan budi pekerti murid yang baik. Di sini jelas bahwa keberhasilan anak juga harus diukur sejauh mana bisa memberikan manfaat kepada orang lain.

  • Menyadarkan anak berbuat salah dengan komunikasi dari hati-ke hati. Cara yang efektif untuk menyadarkan anak adalah dengan menghukumnya, memang ada benarnya, namun ternyata hal ini sifatnya temporal (sementara) dan kadang menimbulkan traumatic anak terhadap guru. Banyak anak yang mau berubah karena terpaksu bukan dari niat diri. Hal ini tentunya dalam perkembangan murid ke depannya akan kurang maksimal terlebih dalam hal memanusiakan manusia. 

  • Setelah mempelajari ‘gaya’ pedagogik KHD saya bisa tahu bahwa tugas guru sebagai pamong (pengasuh dan pengarah) murid bukan penegak hukum seperti sebelumnya. Tugas guru sebaiknya mengupayakan bagaimana supaya murid sadar secara pribadi dan menyadari kesalahannya untuk tidak berbuat yang keslahan sama di kemudian hari.

  • Anak sebagai subyek pendidikan. Pemikiran KHD menyatakan bahwa kita sebagai guru sebaiknya ‘menghamba kepada murid”. Meski terdenganhiperbola, falsafah ini ada benarnya dalam konteks interaksi antara guru dan murid. Dalam pemikiran KHD segala upaya yang kita lalukan sebagi guru hanya sebagai ‘pelayan’ terhadap pendidikan anak didik. semua yang kita lakukan dengan baik dan cara terbaik adalah demi sebuah generasi yang berbudi pekerti lurus dan merdeka.

  • Menuntun murid sesuai dengan keinginanya. Dalam perkembangan pendidikan yang semakin maju, perlu adanya komunikasi antara murid, orangtua dan sekolah, kita wajib menyelaraskan antara keinginan murid, orangtua dan sekolah. Murid tidak lagi dituntut sesuai dengan keinginan orang tua semata, tapi juga harus sesuai dengan keinginan anak. Tugas guru sebagai penuntun ‘jalan’ supaya perkembangan anak tetap terarah tidak keluar koridor menjadi pribadi yang paripurna sejalan dengan pemikiran yang diutarakan KHD.
  •  
  • Metodologi Pedagogik terbaik belum tentu bersumber dari Dunia Barat. KHD tidak pernah menapikan unsur budaya dan kemajuan dari dunia luar, namun beliau tetap memberikan arahan agar disesuaikan dengan kebutuhan dan nilai – nilai sosial kultural serta kearifan lokal yang ada. Bahkan apabila kita pelajari pemikiran KHD lebih lanjut, kita bisa tahu bahwa pemikiran KHD terutama yang digunakan di Taman Siswa merupakan kombinasi sempurna dari metodologi Montessori dan Frobel untuk pendidikan anak. 

  • Berdasarkan hal-hal tersebut, maka pemikiran saya berubah bahwa metodologi yang diungkapkan melalui pemikiran KHD tidak kalah baiknya dengan pemikiran – pemikiran barat, terlebih pemikiran KHD tidak menghapus kebiasaan atau adat istiadat (kearifan lokal) yang ada.

D. Hal – hal yang bisa kita terapkan terkait dengan pemikiran KHD

Berdasarkan Pemikian KHD yang sangat briliant, banyak hal yang bisa kita terapkan di sekolah, antara lain:

  • Berikan contoh terbaik dari guru (berbudi pekerti baik, datang tepat waktu, berpakaian dan berkata baik) sebagai bentuk pengejawantahan dari prinsip “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”.
  • Komunikasi baik dalam membina murid – murid yang melanggar aturan.
  • Ciptakan suasana sekolah dan pembelajaran yang mencerminkan kearifan lokal (semangat kerjasama dan gotong royong dalam kebersihan, dan lain-lain.)
  • Berikan ruang bermain dan olahraga (untuk pembelajaran di kelas kita bisa terapkan ice breaking).
  • Komunikasi yang intens dengan orangtua/ wali murid. (buatkan penjadwalan khusus untuk berkomunikasi)

Diakhir kata, saya bisa menyampaikan bahwa pemikiran KHD sangat cocok diterapkan dalam dunia pendidikan khususnya di Indonesia. Karena selain beliau memang orang pribumi juga terbukti bahwa pemikiran beliau tidak kalah dengan pakar – pakar pendidikan luar, terlebih beliau sangat menganjurkan metodologi pedagogik diselaraskan dengan kearifan lokal yang dimiliki. Namun sayangnya belum diterapkan secara maksimal.

Mudah – mudahan seiring dengan berjalannya kegiatan yang diakomodasi oleh Kemdikbudristek melalui Program Guru Penggerak, Sekolah Penggerak dan Kurikulum Merdeka pemikiran KHD bisa disemai dan dipanen di negeri sendiri.

 

DAFTAR PUSTAKA

Simon P.R. 2022.Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara.Jakarta. Kemdikbudristek

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun