Mohon tunggu...
Erka Ray
Erka Ray Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Mempunyai nama pena Erka Ray, kelahiran Januari 2003, di Kabupaten Sumenep Madura Jatim. Mempunyai cita-cita sebagai penulis semenjak kelas 4 SD. Mulai nekad mempublikasikan karyanya sejak 2019 lalu. Orangnya sering gabut. Kalau udah gabut, nulis. Kalau lagi sok sibuk, lupa nulis. Hasil gabutnya sudah ada 4 buku solo dan 7 buku antologi puisi yang gak pernah dia beli. Dan rencana gabutnya masih banyak lagi. Makanya beli bukunya Erka biar tau. 🥱😴

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan di Emperan Toko

22 Desember 2023   21:44 Diperbarui: 23 Desember 2023   00:37 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Erka Ray

Sebenarnya tidaklah sulit hari ini. Hari berjalan dengan semestinya dan sewajarnya. Hanya saja langit di atas sana mendung, hujan tiba-tiba turun dengan deras. Orang-orang di jalanan langsung berteduh ke emperan toko atau kemanapun yang membuatnya tak terkena tempias hujan.

Aku mengusap wajah yang terkena hujan. Tadi saat hujan turun dengan tiba-tiba, aku langsung berlari terbirit-birit mencari tempat berteduh di emperan toko yang atap depannya lumayan panjang. Di sampingku ada Ibu-ibu yang sedang berteduh sambih menjinjing tas belanjaannya. Sepertinya baru dari pasar.

Aku menatap hujan. Sekeliap kenangan tentangnya tiba-tiba hadir. Dulu kami bertemu saat hujan. Dia dan aku sama-sama terbirit-birit mencari tempat teduh. Kami sebenarnya hanya dua orang yang awalnya tidak saling kenal. Hingga akhirnya dia menyapa,

"Mbak. Roknya kotor." Begitu katanya sambil menunjuk rok panjangku yang berwarna putih dan sudah kotor bagian bawahnya. Aku hanya mengangguk. Kami adalah orang yang tidak saling kenal waktu itu.

Karena hujan tidak kunjung reda, dan masih saja deras beserta angin kencangnya. Laki-laki itu menyapa lagi.

"Hujannya gak reda ya."

Aku hanya menimpali seadanya. Dari situ kami mulai bercerita untuk menghilangkan jenuh karena menunggu hujan.

Dia bilang dia sedang mencari pekerjaan. Sudah ada beberapa instansi yang dia datangi semuanya menolak. Sudah dua hari terakhir dia ke sana kemari. Sedangkan aku, aku baru saja datang dari kampus lalu mampir ke toko buku. Berjalan kaki hendak menyetop Bus, tiba-tiba hujan.

Kami dipertemukan saat hujan.

Kami terus berbicara. Seru rupanya berbagi pengalaman seperti ini. Hal-hal random terus dibicarakan. Sampai kenapa katak selalu ramai bersuara saat hujan, kami bicarakan di situ.

Sayangnya kisah ini berakhir waktu itu. Hujan berhenti dan kami sama-sama berpamitan untuk pulang.

"Semoga bertemu lagi ya," katanya sambil melambaikan tangan. 

Di emperan toko itu kami berpisah.

***

Dan saat ini, aku sedang berdiri di emperan toko yang sama dengan waktu itu bertemu dengannya. Tiba-tiba teringat saat kami berlari-lari mencari tempat teduh, lalu tidak sengaja akrab di tengah hujan.

Sebenarnya kisah ini tidak ada spesialnya sama sekali. Aku hanya ingin mengenangnya. Entah siapa dia. Yang aku tahu, namanya Rayhan. Dan namaku Rayana. Sedikit mirip. Tapi tidak ada kata spesial di dalamnya.

Cukup lama hujan ini turun, hingga akhirnya berhenti berhenti juga. Aku harus segera pergi dari emperan toko ini.

Diselesaikan di Pamekasan, 11 Februari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun