Mohon tunggu...
Erka Ray
Erka Ray Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Mempunyai nama pena Erka Ray, kelahiran Januari 2003, di Kabupaten Sumenep Madura Jatim. Mempunyai cita-cita sebagai penulis semenjak kelas 4 SD. Mulai nekad mempublikasikan karyanya sejak 2019 lalu. Orangnya sering gabut. Kalau udah gabut, nulis. Kalau lagi sok sibuk, lupa nulis. Hasil gabutnya sudah ada 4 buku solo dan 7 buku antologi puisi yang gak pernah dia beli. Dan rencana gabutnya masih banyak lagi. Makanya beli bukunya Erka biar tau. 🥱😴

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dua Puisi Prosais, Oleh: Erka Ray

7 Agustus 2022   12:37 Diperbarui: 7 Agustus 2022   20:47 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"DUDUK DAN ISTIRAHATLAH"

Beristirahatlah hari ini, tubuhmu bukan pohon yang akan terus berdiri tegak, bukan juga besi yang terus kuat. Kamu butuh istirahat dari kesibukan. Terutama kesibukan pikiranmu sendiri.


Meski aku tahu, kamu tidak benar-benar merekatkan tubuh. Matamu bisa saja terpejam, tapi entah pikirannya sudah sampai mana berkelana.


Pundakmu Kokoh sekali hari ini, juga hari-hari yang lalu. Kamu berhasil mencabut duri di kaki sendiri, berhasil memikul beban sendiri. Kamu sehebat itu.


Tapi mari sekali-kali duduk bersamaku. Kita istirahat bersama. Berbincang-bincang santai atas apa-apa yang telah kamu lalui. Aku akan jadi pendengar setiamu. Aku akan mendengarkan seberapa sering kamu jatuh dan bangkit saat bersamaan. Aku tahu, kamu bukan orang yang terlena saat jatuh. Sering aku lihat kamu terdarah-darah sendiri. Tidak apa-apa, itu tandanya tidak ada yang sekuat kamu.


Coba duduk denganku sebentar. Aku memang tidak punya kopi sehitam punyamu. Tapi setidaknya seduhan teh ku kali ini cukup manis untuk bercampur dengan kisah pahitmu.


Aku akan duduk di sini, menunggumu yang pada akhirnya akan duduk juga karena sudah lelah. 


Sumenep, 07 Agustus 2022

"UNTUK KITA YANG BERANTAKAN"


Coba ke sini, kita tulis puisi prosais sebentar, tidak perlu panjang. Yang penting kamu bisa tenang saat menulisnya.


Kita rekap bersama kisah kita yang berantakan tahun lalu, bahkan saat ini masih juga berantakan. Kita butuh diri kita masing-masing untuk saling menata ulang agar kita tidak usai. Bukankah begitu.


Iya aku tahu, tidak ada yang dengan suka rela untuk saat ini mengulurkan tangan masing-masing untuk memperbaiki, tapi setidaknya kita punya hati dan pikiran untuk saling mengerti. Meski aku tidak tahu, apa kita akan baik seperti bunga-bunga yang dengan santainya bermanja pada angin. Aku juga tidak tahu, apa kita selembut kapas saat menyentuh satu sama lain.


Cobalah berdiskusi denganku sebentar, untuk kita yang sudah tak layar disebut usai. Kita memang putih bak dinding, tapi retak di sisi-sisinya. Tapi untuk patah, kita masih merekat.


Seberantakan apa kita hari ini? Aku tidak tahu, tapi jarak ini menjadi jawabannya.


Sumenep, 07 Agustus 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun