Mohon tunggu...
Erka Ray
Erka Ray Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Mempunyai nama pena Erka Ray, kelahiran Januari 2003, di Kabupaten Sumenep Madura Jatim. Mempunyai cita-cita sebagai penulis semenjak kelas 4 SD. Mulai nekad mempublikasikan karyanya sejak 2019 lalu. Orangnya sering gabut. Kalau udah gabut, nulis. Kalau lagi sok sibuk, lupa nulis. Hasil gabutnya sudah ada 4 buku solo dan 7 buku antologi puisi yang gak pernah dia beli. Dan rencana gabutnya masih banyak lagi. Makanya beli bukunya Erka biar tau. 🥱😴

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tiga Puisi Jenis Romansa

28 Juli 2022   11:39 Diperbarui: 28 Juli 2022   11:43 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"BUTUH KELENGKAPAN"

Haruskah ranting patah untuk menangis?

Harus api membakar dulu untuk menciptakan abu?

Haruskah aku korbankan sesuatu?

Katanya sesederhana api yang panas dulu

Tapi ternyata serumit salju untuk membeku

Katanya juga se lapang lapangan

Tapi perlu hijau untuk ada keindahan

Jika hanya satu, maka tidak lengkap

Seperti gambar yang kau buat

Tanpa warna redup sekali

Apa aku harus mengerti?

Jika kalimat masih butuh huruf

Jika mata masih butuh kamu sebagai objeknya

Sumenep, 26 Juli 2022

"PENJABARAN"

Warna mawar terlalu merah untuk memujamu

Kelopaknya juga terlalu sempit jika untukmu

Apalagi aku

Aku terlalu rumit untuk sekedar mengutarakan

Serumit angin yang harus berlenggak lenggok meski hanya untuk menyapamu

Serumit awan yang harus hitam demi turun hujan

Tapi bentuk perasaan ini sederhana

Sesederhana sunset yang pergi tanpa pamit

Juga segelap malam yang menjadi latar

Kamu terlalu tinggi untuk kuwarnai biru layaknya langit

Terlalu rumit untuk diapit

Aku siapa untuk itu

Perasaan ini kamu

Kamu yang aku ceritakan berulang kali

Yang aku junjung tinggi

Aku kerdil sekali untuk bisa menyaingi 

Sumenep, 26 Juli 2022

"MEMUJAMU SEMUA IRI"

Jika aku berhasil mendekapmu

Apa yang bisa dikorbankan hujan pada tanah yang kering

Saat aku menjadikanmu satu

Serela apa warna pelangi menjadikanmu tak kosong

Sesederhana apa hujan memeluk bumi

Saat hanya mata yang memujamu sampai membuat semua iri

Aku hanya tanah yang lagi-lagi butuh dirimu 

Yang warna coklatnya terlalu pekat untuk menyaingimu

Sumenep, 26 Juli 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun