Masalah yang terjadi akibat penyebaran pandemi Covid-19 menyebabkan perubahan pada proses pembelajaran dan berpotensi terjadinya learning loss pada peserta didik. Learning loss disebabkan karena penyesuaian kurikulum dan pemangkasan beberapa materi, serta keterbatasan dalam menyesuaikan perubahan sehingga proses pembelajaran menjadi kurang efektif. Learning loss juga dapat disebabkan karena setelah adanya libur yang cukup panjang, putus sekolah, dan yang baru saja dialami yaitu penutupan pembelajaran tatap muka akibat pandemi.
Learning loss merupakan suatu kondisi dari peserta didik yang mengalami kemunduran akademik atau hilangnya pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik dalam proses pendidikan. Learning loss dapat ditandai dengan merasa bosan untuk belajar, hilang semangat belajar, penurunan motivasi untuk memahami materi dan mengerjakan tugas. Tanda-tanda tersebut memang terjadi saat pembelajaran selama pandemi dimana peserta didik banyak yang terlambat mengumpulkan tugas bahkan tidak mengerjakannya. Mereka kehilangan motivasi belajar karena merasa sulit memahami materi selama pembelajaran terutama pada saat daring.
Proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik seharusnya dapat mencegah terjadinya learning loss karena peserta didik akan dituntut untuk aktif dan mandiri untuk belajar dan menggali banyak informasi yang mereka butuhkan melalui berbagai sumber belajar. Sejak kurikulum 2013 diterapkan, pembelajaran dilakukan dengan berpusat pada peserta didik (student centered learning), bukan lagi berpusat pada pengajar (teacher centered learning). Namun tuntutan dalam kurikulum 2013 terhadap ketuntasan KD dan beban belajar yang cukup banyak menyebabkan peserta didik kehilangan minat belajar.
Pada pasca pandemi, pemerintah mengumumkan kurikulum baru yang disebut dengan kurikulum merdeka yang dibentuk dengan tujuan untuk mengatasi terjadinya learning loss akibat pandemi. Harapannya dapat memulihkan kegiatan pembelajaran peserta didik dengan kebermaknaan pembelajaran dan keunikan peserta didik sehingga dapat membentuk peserta didik menjadi sumber daya manusia yang mampu bersaing dan beradaptasi. Kurikulum merdeka juga menerapkan student centered learning dalam pembelajaran. Bahkan model pembelajaran yang direkomendasikan adalah project based learning yang pada praktiknya peserta didik akan dihadapkan pada suatu masalah, mencari solusi, dan mengerjakan proyek secara berkelompok untuk mengatasi masalah tersebut.
Model pembelajaran pada abad ke-21 menuntut peserta didik untuk dapat berpikir kritis, inovatif, dan mampu memecahkan suatu masalah. Keterampilan yang harus dimiliki peserta didik adalah 4C, yaitu critical thinking, communication, collaboration, dan creativity. Pembelajaran abad ke-21 perlu mengembangkan beberapa aspek, seperti pendidikan berpusat pada peserta didik (student centered learning), pendidikan yang dapat mendorong peserta didik untuk berkolaborasi, pendidikan untuk berkompetisi, dan sekolah terintegrasi dengan masyarakat.
Student centered learning membuat pembelajaran menguasai aspek pemahaman dan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan suatu masalah, kemampuan mengkonstruksi pengetahuan, serta berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Sintaks yang terdapat dalam model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dapat memenuhi kebutuhan akan keterampilan di abad ke-21, yaitu 4C.
Era saat ini merupakan era dimana teknologi menjadi pusat informasi. Oleh sebab itu, diharapkan pengajar mampu menggunakan media teknologi informasi karena salah satu penyebab learning loss adalah keterbatasan dalam menyesuaikan perubahan yang terjadi. Di samping itu, informasi-informasi yang dibutuhkan saat ini sangat mudah ditemukan dengan adanya internet. Dengan adanya kemudahan tersebut dan kebebasan pada peserta didik untuk mencari sumber informasi secara mandiri, seharusnya dapat memunculkan sikap antusias peserta didik dalam proses pembelajaran dan pengerjaan tugas.
Student centered learning memiliki beberapa kelebihan, yaitu mengefektifkan proses pembelajaran. Peserta didik akan bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan cara aktif dalam belajar. Peserta didik diberikan keleluasaan untuk menggali potensinya dan dapat dengan percaya diri mengekspresikan potensinya. Peserta didik akan memiliki daya ingat yang lebih baik karena mereka mendapat ilmu untuk dipraktikkan. Peserta didik juga terhindar dari rasa bosan karena mereka diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Peserta didik akan berinteraksi dan berdiskusi dengan temannya dan saling bertukar pikiran sehingga terjadi proses saling belajar. Dengan demikian, student centered learning akan mengaktifkan peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan berpikir kritis.
Berdasarkan kelebihan-kelebihan yang telah dipaparkan, student centered learning dapat diterapkan sebagai salah satu solusi untuk mencegah terjadinya learning loss. Di samping itu, student centered learning juga merupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membentuk skill yang dibutuhkan di abad ke-21.
Daftar Rujukan
Bestari, N. 2022. Pandemi COVID-19 Membuat Banyak Siswa Alami 'Learning Loss', Apakah Kamu Juga Mengalaminya?, (Online), (https://bobo.grid.id/read/083183517/pandemi-covid-19-membuat-banyak-siswa-alami-learning-loss-apakah-kamu-juga-mengalaminya?page=all), diakses 29 September 2022.
Indarta, Y., Jalinus, N., Waskito, W., Samala, A. D., Riyanda, A. R., & Adi, N. H. (2022). Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar dengan Model Pembelajaran Abad 21 dalam Perkembangan Era Society 5.0. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(2), 3011-3024.
Jojor, A., & Sihotang, H. (2022). Analisis Kurikulum Merdeka dalam Mengatasi Learning Loss di Masa Pandemi Covid-19 (Analisis Studi Kasus Kebijakan Pendidikan). Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(4), 5150-5161.
Neina, Q. A., & Aditia, R. (2022). Authentic Assessment Berbasis Merdeka Belajar dalam Pembelajaran Sastra Berketerampilan Pikir Taraf Tinggi (HOTS) untuk Mencegah Learning Loss di Sekolah Menengah. Jurnal Sastra Indonesia, 11(2), PDF-PDF.
Panggabean, S., dkk. 2021. Sistem Student Centered Learning dan Teacher Centered Learning. Bandung: CV Media Sains Indonesia.
Pertiwi, A. D., Nurfatimah, S. A., & Hasna, S. (2022). Menerapkan Metode Pembelajaran Berorientasi Student Centered Menuju Masa Transisi Kurikulum Merdeka. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(2), 8839-8848.
Shohib, M. (2019). Student Centered Learning Solusi Atau Masalah di Era Revolusi Industri 4. Jurnal Ilmiah Hukum dan Keadilan, 6(1), 86-103.
Vania, A. S., Sabilla, A., Hakim, A. N., Sudrajat, V. H., & Sianturi, Y. R. (2022). Revitalisasi Pembelajaran Berbasis HOTS Di Abad 21. ULIL ALBAB: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1(7), 2066-2070.
Widyanto, I. P., & Vienlentia, R. (2022). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Peserta Didik menggunakan Student Centered Learning. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 7(4).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H