Mohon tunggu...
Eriza Shintara
Eriza Shintara Mohon Tunggu... Mahasiswa - 190431626451

Program Studi S1 Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pandemi Covid-19 Menghantam Pariwisata Indonesia

10 November 2021   10:20 Diperbarui: 10 November 2021   14:20 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting terhadap perekonomian negara Indonesia karena sektor ini memberikan sumbangan yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi negara Indonesia. Hal ini mengingat bahwa negara Indonesia memiliki potensi wilayah yang luas dengan banyaknya keindahanan alam, warisan sejarah budaya, dan kehidupan masyarakat sehingga dapat menarik wisatawan lokal dan mancanegara untuk datang berwisata. Peranan sektor pariwisata ini sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk membangun ekonomi berkelanjutan di masa mendatang di Indonesia.

Kegiatan pariwisata akan menciptakan permintaan, seperti konsumsi dan investasi yang pada akhirnya hal ini akan menciptakan kegiatan produksi barang dan jasa. Pada saat berwisata, para wisatawan akan berbelanja. Sebagai akibatnya, permintaan terhadap barang dan/atau jasa akan meningkat. Untuk memenuhi permintaan para wisatawan maka diperlukan investasi di bidang transportasi dan komunikasi, perhotelan dan akomodasi, industri kerajinan dan produk konsumen, jasa, restoran, dan lain-lain (Spillane, 1994). Namun sejak datangnya pandemi Covid-19 di negara Indonesia, sektor ini mengalami kelesuan karena beberapa kebijakan yang mengakibatkan penurunan mobilitas masyarakat terlebih untuk kegiatan wisata.

Dilansir dari kemenparekraf.go.id, industri pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia terkena dampak dari pandemi Covid-19. Jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia sejak bulan Februari 2020 mengalami penurunan yang tajam. Lebih parah lagi pada bulan April 2020, jumlah wisatawan hanya mencapai 158 ribu orang. Sepanjang tahun 2020, jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia hanya mencapai 4,052 juta orang. Angka tadi menerangkan bahwa wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia hanya sebesar 25 persen dari jumlah wisatawan yang masuk ke Indonesia pada tahun sebelumnya. Hal ini mempengaruhi pendapatan negara di sektor pariwisata. Adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan lockdown di masa pandemi Covid-19 telah menyebabkan penurunan pendapatan negara di sektor pariwisata sebesar 20,7 miliar rupiah.

Penurunan wisatawan mancanegara juga berdampak langsung pada okupansi perhotelan di Indonesia. Pada bulan Januari hingga Februari, okupansi mencapai 49,17 persen dan 49,22 persen. Namun pada bulan Maret mengalami penurunan menjadi 32,24 persen dan kembali menurun pada bulan April menjadi 12,67 persen. Dampak pandemi Covid-19 ini juga terlihat pada pengurangan jam kerja. Kurang lebih 12,91 juta orang di sektor pariwisata mengalami pengurangan jam kerja, dan 939 ribu orang sementara tidak bekerja. Di samping itu, pandemi Covid-19 juga berdampak langsung pada berbagai lapangan pekerjaan di sektor pariwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2020, sekitar 409 ribu tenaga kerja di sektor pariwisata kehilangan pekerjaan akibat pandemi Covid-19.

Berbagai upaya dilakukan Kemenparekraf/Baparekraf demi menyelamatkan pariwisata Indonesia. Terdapat tiga fase penyelamatan yang dilakukan, yaitu Tanggap Darurat, Pemulihan, dan Normalisasi.

Fase Tanggap Darurat

Fase Tanggap Darurat adalah fase krisis yang membutuhkan tindakan penanganan sesegera mungkin. Penentuan status tanggap darurat krisis dilakukan oleh Menteri Pariwisata atau Kepala Daerah yang dapat dilanjutkan dengan aktivasi Pusat Krisis Kepariwisataan/Tourism Crisis Center (TCC). Fase ini fokus pada kesehatan, seperti menginisiasi program perlindungan sosial, mendorong kreativitas dan produktivitas saat bekerja dari rumah/WFH, melakukan koordinasi krisis pariwisata dengan daerah pariwisata, serta melakukan persiapan pemulihan.

Fase Pemulihan

Fase Pemulihan adalah fase setelah diputuskan Fase Tanggap Darurat berakhir. Pada fase ini dilakukan upaya pengembalian kinerja ekosistem pariwisata dengan pembukaan tempat wisata di Indonesia secara bertahap. Fase ini dipersiapkan dengan sangat matang, mulai dari penerapan protokol CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, and Environmental Sustainability) di tempat wisata, serta mendukung optimalisasi kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) di Indonesia.

Fase Normalisasi

Normalisasi adalah fase ketika kinerja ekosistem pariwisata mulai diupayakan berjalan kembali secara normal dengan mengadaptasi konsep mitigasi kejadian krisis sebelumnya. Pada fase ini dilakukan persiapan destinasi dengan protokol CHSE, meningkatkan minat pasar, hingga potongan harga untuk paket wisata dan MICE. Salah satu program yang telah dilaksanakan adalah Virtual Travel Fair sejak bulan Agustus hingga September 2020.

Berdasarkan keterangan di atas, pandemi Covid-19 telah menghantam sektor-sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia, salah satunya pariwisata. Industri pariwisata merupakan salah satu sektor yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan dihantam oleh pandemi Covid-19 sehingga terjadi penurunan pendapatan pada sektor ini. Adanya kebijakan seperti PSBB, lockdown, dan PPKM menyebabkan penurunan jumlah wisatawan. Penurunan jumlah wisatawan memberikan dampak yang signifikan terhadap okupansi hotel, pengurangan jam kerja, bahkan ada yang sementara tidak bekerja hingga kehilangan pekerjaan. Namun pemerintah tentu tidak tinggal diam untuk menghadapi masalah ini. Kemenparekraf/Baparekraf melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan pariwisata Indonesia melalui tiga fase penyelamatan, yaitu Tanggap Darurat, Pemulihan, dan Normalisasi.

Penurunan jumlah wisatawan, maka akan terjadi penurunan permintaan terhadap barang dan/atau jasa, seperti penurunan permintaan pada produk di toko oleh-oleh, jasa penginapan di hotel, jasa transportasi, dan sebagainya. Pada akhirnya hal ini akan mempengaruhi kegiatan produksi barang dan jasa pada bidang-bidang yang lainnya. Penurunan permintaan barang dan jasa akan menurunkan kegiatan produksi barang dan jasa. Oleh sebab itu, beberapa karyawan terpaksa di-PHK dan kehilangan pekerjaan karena perusahaan sudah tidak mampu menggaji sedangkan pendapatan mereka juga turun. Kunci utama bagi pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif agar dapat bertahan di tengah pandemi ialah memiliki kemampuan adaptasi, inovasi, dan kerjasama yang baik. Sandiaga Salahuddin Uno, Menparekraf RI, mengungkapkan bahwa SDM hingga digitalisasi merupakan solusi untuk menyelamatkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang terpuruk akibat pandemi Covid-19. Apabila sektor pariwisata ini mampu bangkit maka perekonomian dan kesejahteraan juga akan meningkat.

DAFTAR RUJUKAN

Antaranews.com. (2021, September 30). SDM dan Digitalisasi Solusi Bangkitkan Pariwisata saat Pandemi. Antara News. https://www.antaranews.com/berita/2425909/sdm-dan-digitalisasi-solusi-bangkitkan-pariwisata-saat-pandemi

Dwina, I. (2020). Melemahnya Ekonomi Indonesia pada Sektor Pariwisata, Akibat Dampak dari Pandemi Covid-19.

Mudrikah, A. (2014). Kontribusi sektor pariwisata terhadap GDP Indonesia tahun 2004-2009. Economics Development Analysis Journal, 3(2).

RI, K. (2021). Tren Pariwisata Indonesia di Tengah Pandemi. Kemenparekraf. Diambil 7 November 2021, dari https://www.kemenparekraf.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun