Mohon tunggu...
Eneng RitaNurarianti
Eneng RitaNurarianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be Yourself

Bukan cita cita yang tinggi tapi niat yang pendek untuk menggapainya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sedekah Gunung Merapi berdasarkan Perspektif Sosiologi

3 Agustus 2022   17:48 Diperbarui: 3 Agustus 2022   17:54 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedekah Gunung Merapi merupakan rangkaian ritual yang dimaksudkan sebagai wujud syukur atas limpahan nikmat serta mengharap perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa. Ritual ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat Lencoh sejak nenek moyang mereka. Sehingga, masyarakat tidak berani untuk tidak melangsungkan ritual tersebut dengan didasarkan atas kepercayaan yang sudah terintergrasi dalam melangsungkan kehidupannya.

Ritual ini dilaksanakan setiap pergantian tahun baru Islam atau 1 Suro dalam penanggalan Jawa. Sedekah Gunung Merapi tahun ini yaitu 1444 H kembali dilangsungkan secara meriah, setelah 2 tahun paska pandemi hanya berlangsung sederhana. Hal tersebut berdasarkan ungkapkan Mbah Paiman sebagai pemimpin upacara Sedekah Gunung Merapi.

Sedekah gunung merapi terdiri atas beberapa rangkaian ritual. Pertama, kirab kerbau menuju Joglo Merapi 1 tempat penyerahan dan penyembelihan. Kedua penampilan kesenian serta menghias tumpeng sesajen dan kepala kerbau. Ketiga yaitu acara puncak pelaksanaan upacara dengan kepala kerbau dan tumpeng sesajen diarak menuju Joglo Merapi I. Di sinilah kepala kerbau serta sesajen yang sudah siap diberikan jampi-jampi oleh pemimpin upacara. Kemudian kepala kerbau serta sesajen tersebut kembali di arak menuju Joglo Merapi II (New Selo) yang kemudian diserahkan kepada peserta untuk dilarungkan di pasar Bubrah Merapi. Rangkaian tersebut menjadi rangkaian terakhir daripada ritual sedekah gunung merapi.

Sebagaimana sosiologi yang mengartikan bahwa tradisi buah hasil interaksi masyarakat dalam bentuk adat istiadat, kebiasaan, serta kepercayaan secara turun temurun. Dengan demikian, Sedekah Gunung Merapi merupakan bagian dari tradisi masyarakat tepatnya di Lereng Merapi yaitu Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah dalam bentuk kepercayaan serta adat istiadat dan kebiasaan yang diturunkan oleh leluhur mereka.

Sosiologi sendiri terbagi atas bermacam-macam cabang, salah satunya sosiologi pedesaan dan lingkungan. Berdasarkan perspektif ini, ritual Sedekah Gunung Merapi menjadi karakteristik masyarakat pedesaan dengan demografi pegunungan yang menjadikan alam sebagai sahabat mereka. Selayaknya memperlakukan sahabat haruslah baik agar hubungan yang terjalin terhindar dari perpecahan. Dengan demikian, masyarakat Lencoh yakin dengan ritual Sedekah Gunung Merapi merupakan tindakan yang mampu menjaga hubungan persahabatan mereka. Masyarakat percaya jika alam akan selalu memberikan limpahan hasil bumi serta melindunginya dari bencana jika diperlukan dengan semestinya. Lain halnya, jika alam tidak dijaga dan dilindungi alam akan murka sehingga terjadilah bencana yang meluluhlantakkan kehidupan masyarakat. Hal ini tidak terkecuali, mengingat Gunung Merapi merupakan salah satu gunung yang masih aktif bahkan sampai saat ini masih sering erupsi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun