Mohon tunggu...
Eriss Bin Bara MSc
Eriss Bin Bara MSc Mohon Tunggu... -

Pengamat sosial & Penemu Metode Psiko-Analisis Jati Diri. Ketua Umum Yayasan Amal Cinta Indionesia(YACI). Praktisi TV dan Aktif di berbagai Seminar Pengembangan Jati Diri dan SDM Pelajar Indonesia. Penulis Buku Karakter & Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Pendidikan Karakteri Diri Pribadi Dapat Membantu Kualitas Belajar Mengajar di Sekolah

4 Oktober 2011   07:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:21 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Esensi dari Seluruh Bentuk Pendidikan Adalah, Mengantarkan Orang Mengenal Dirinya Sendiri" (Galileo).

Jika dilakukan kajian mendalam terhadap penyelenggaraan pendidikan karakter di Indonesia, maka ada banyak persoalan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter yang sebenarnya sangat bertolak belakang dengan tujuan pembangunan karakter sesungguhnya, misalnya ketidak mampuan lembaga sekolah dalam mewujutkan kualitas diri secara indifidu, atau tingginya biaya pendidikan yang kadang mengarah pada adanya praktik diskriminasi dalam mengakses pendidikan, berbagai praktik militerisme yang menyebabkan maraknya tindak kekersan di sekolah, sampai budaya ketidak jujuran disekolah, dan lain-lain.

Munculnya pendidikan karakter sebagai wacana baru pendidikan nasional, bukannya merupakan fenomena yang mengagetkan. Sebab perkembangan sosial politik dan kebangsaan sekarang ini memang cenderung menegaskan karakter yang mengarah pada kualitas kebangsaan yang sejati, dan yang paling penting lagi adalah, jangan sampai mengabaikan akan kearah pemahaman pendidikan karakter Jati diri pribadi oleh para pelajar dan guru itu sendiri. Sebab merekalah sebenarnya yang paling perlu untuk dikuatkan dari segala sistimnya yang ada dalam dunia pendidikan.

Akhir-akhir belakangan ini masalah pendidikan karakter banyak sekali dibicarakan oleh orang-orang, baik dari pejabat Kementerian Pendidikan Nasional, yang bahkan sampai mengeluarkan surat edarannya sekitar tanggal 18 Juni atau Juli, bahwa Pendidikan Karakter p[erlu diterapkan pada seluruh satuan pendidikan. bahkan perlu pula didukung langsung oleh kantor Dinas Pendidikan di setiap provinsi. Booming istilah pendidikan karakter juga merambah pada wilayah kegiatan seperti seminar-seminar, pelatihan, ataupun workshop dan lain-lainnya. Kegiatan ini sendiri diiringi dengan berkembangnya wacana pengembangan kurikulum sekolah berbasis pendidikan karakter yang diimplementasikan melalui kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Yang juga menyibukkan para guru untuk menyusun dan mengaplikasikan silabus serta rencana program pembelajaran berbasisi karakter.

"Pusatkan Kekuatan Anda Untuk Membentuk Karakter Diri Lebih Dulu, Kemudian Reputasi Akan Menyusul. Karakter Adalah Diri Anda yang Sebenarnya, Sedangkan Reputasi Adalah Apa Yang Difikirkan Orang Lain Tentang Anda" (Jhon Wooden).Pendidikan karakter secara tegas telah diamanatkan oleh undang-undang. namun pada kenyataannya dalam praktiknya justru banyak persoalan pendidikan yang menyebabkan sekolah, sebagai lembaga pendidikan, telah kehilangan kualitas inti dari karakter yang diharapkan bersama, malah sebaliknya menjadi bertolak belakang dengan karakter positif menjadi negatif, negatif menjadi positif.

Oleh karena itu, untuk menciptakan sebuah solusi yang tepat hendaknya, setiap sekolah harus berani merubah sistim dan cara berfikir yang lebih hebat lagi. kita jangan terlalu dibelenggu oleh sistim atas masa lalu, kalaulah hal itu membuat dunia pendidikan agak disepelekan dalam pendidkan karakter. Sedangkan wacana pendidikan karakter yang banyak dibicarakan, tidak akan mampu memberikan jalan keluar jika tidak dibarengi dengan perobahan pola pikir dengan situasi dan keadaan massa sekarang ini.

Oleh karena persoalan karakter bangsa bukanlah persoalan ada tidaknya pendidikan karakter. Akan tetapi persoalan tersebut berkaitan erat pula dengan ada atau tidak adanya kemauan dari para penyelenggara pendidikan untuk melakukan perubahan dengan menciptakan penyelenggaraan pendidikan yang juga sekaligus mampu mengungkapkan jati diri dari karakter para pelakunya sendiri, yaitu para murid dan juga guru itu sendiri. Kenapa..? Sebab apapun jenis pendidikan yang terjadi disetiap sekolah itu, kalau tidak diawali terlebih dulu dengan diri pribadi yang bersangkutan, apa lagi dalam masalah karakter....Bukankah karakter sangat erat hubungannya dengan ke fitrah-an diri pribadi, dari para pelajar dan guru itu sendiri ? Bila hal ini belum terfukus dan ter-arah, maka selama itu pulalah lenbaga sekolah akan selalu kehilangan "Sensasi" ilmu pendidikan karakter yang sesungguhnya. Sebab dari 5 tahun belakangan Rood show kami di beberapa Provinsi dalam Seminar Pelajar" sangat nyata membuktikan akan hal ini. Ternyata bukti dilapangan itu bahwa, sebenarnya awal lembaga sekolah itu gagal mengemban amanat undang-undang pendidikan nasional adalah, kelangkaan atau ketidak-adaan pihak sekolah-lah dalam pembelajaran ilmu pendidakan karakter jati diri. Kalaupun ada diselenggarakan, tapi tidak sesuai dengan yang diamanatkan oleh undang-undang dalam segi kualitas dan stardar pendidikannya. Khususnya kearah sikap dan perilaku para murid dan guru itu sendiri.

Sungguh suatu info yang perlu untuk kita renungkan dan bahas bersama kembali, bahwa dengan dimulainya pemberian pendidikan karakter yang lebih dasar atau terarah, yaitu diantaranya tentang ilmu fitrah jati diri pribadi untuk seluruh pelajar maupun tenaga pendidaknya sendiri, "Siapa & Bagaimanakah Aku (Pelajar&Guru) Ini Sebenarnya ?. Bila jawaban ini sudah terjawab di antara mereka saja maka barulah proses belajar dan mengajar itu akan terbangun dengan lebih luar biasa lagi. Dengan demikian maka semakin mudahlah dunia pendidikan atau lembaga sekolah itu membangun nilai-nilai karakter bangsa.

Mohon maaf kalaulah hal ini bagi penulis merupakan suatua harga mati, kalau memang kita sadar akan adanya pengakuan dunia pendidikan bahwa Sekolah telah gagal mengemban amanat undang-undang untuk membangun karakter bangsa. Artinya adalah Berbicara pendidikan karakter berarti mengembalikan citra diri sebuah sekolah dalam tekad yang kuat dan tulus sesuai dengan undang-undang pendidikan nasional, yakitu membangun karakter bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun