Benar, hak setiap orang menilai. Berlaku sama untuk cerita tentang Budi. Tidak ada yang tahu seperti apa Budi kini. Benarkah ia masih melakoni hal-hal baik? Bukankah kehidupan berjalan. Bukan tak mungkin ia kini berlaku buruk. Apakah ia menuruti nasehat kakaknya, Wati, untuk menjadi polisi sambil berdagang dan berbisnis? Bisa jadi itu yang membuatnya kini tampak buruk.
Yang jelas, kehadiran Budi di jaman itu benar-benar adi kuasa. Ia dijadikan inspirasi semua murid sekolah. Budi adalah rujukan tunggal, satu-satunya standar bagi anak-anak dalam bersikap. Tak ada nama Joko, Prabowo, Susilo, Jusuf, Made, Jonan ataupun Akbar. Hanya ada Budi. Ia tunggal. Panutan seluruh pelajar seantero bumi pertiwi.
Yang lebih jelas lagi, kini, sudah cukup lama Budi hilang dari buku pelajaran. Ada nama yang beragam. Khayalan tentang sosok Budi yang ideal memang tak harus dilanjutkan. Masih ada nama lain. Sebab saat ini, ia hanyalah masa lalu. Mungkin cuma mitos.
Toh, kita tak pernah bertemu sosoknya waktu masih sekolah dulu. Mungkin ada yang namanya Budi. Tapi tak seperti yang digambarkan. Kini kita diberikan pilihan, tak lagi harus berkhayal.
Dan, ini yang paling jelas. Ada nama Budi di belakang namaku. Ada juga nama Wati di belakang nama ibuku. Tapi, ia tak pernah menyuruhku jadi polisi… ( @erisestrada )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H