Mohon tunggu...
erisman yahya
erisman yahya Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah, maka kamu ada...

Masyarakat biasa...proletar

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Penerbangan Bukan Bisnis Bunuh Orang

7 November 2018   16:07 Diperbarui: 7 November 2018   17:03 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Tuhan punya rencana menciptakan manusia, para malaikat sempat menyampaikan "protes": "Mengapa Engkau hendak menciptakan (manusia sebagai khalifah) di muka bumi orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah (saling bunuh). Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu (Al-Baqarah: 30).

Tuhan tentu punya rahasia dan pengetahuan yang maha luas atas penciptaan manusia. Tapi protes yang disampaikan para malaikat nampaknya tidaklah sepenuhnya salah. Karena dalam perjalanannya kemudian, ketika makhluk bernama manusia benar-benar sudah menguasai bumi, sebagian manusia ternyata benar-benar mewujud menjadi pembangkang, perusak bahkan pembunuh manusia lainnya.

Bahkan ada orang yang secara nyata berprofesi sebagai pembunuh bayaran. Sungguh kejamnya manusia!

Lalu, ingatan penulis tertuju kepada temuan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terkait penyebab jatuhnya Pesawat Lion Air JT 610 penerbangan Jakarta-Pangkal Pinang pada 29 Oktober 2018 lalu.

Kita semua sangat terkejut, sebagaimana dilansir berbagai media, ternyata pesawat produksi pabrikan Boeing itu sudah mengalami kerusakan pada empat penerbangan terakhir sebelum akhirnya jatuh.

Lho, kok masih boleh terbang? Kenapa dibiarkan? Apa itu tidak mempertaruhkan nyawa manusia? Itu kan sama saja Lion Air hendak membunuh penumpang? Kenapa pengawasan pemerintah begitu loss? Wajar saja maskapai dengan logo Singa Merah ini sudah berkali-kali kecelakaan. Dan beribu pertanyaan lainnya menyeruak.

"Jadi pada empat penerbangan terakhir ditemukan kerusakan pada istilahnya air speed indikator," begitu kata Kepala KNKT Soerjanto. Akibat kerusakan itu, kecepatan pesawat tidak bisa dikontrol dengan baik, yang akhirnya (diduga) pesawat crash.

Lalu, pada Senin, 5 November 2018, terjadilah pertemuan penuh air mata antara keluarga korban Lion Air dengan pendiri maskapai itu, Rusdi Kirana di Hotel Ibis, Jakarta. Sebagaimana diberitakan berbagai media, dalam pertemuan itu tak sepatah katapun kalimat meluncur dari bibirnya yang berkumis tebal.

Dia hanya mengangguk-angguk sembari mendengar keluhan dari keluarga korban yang meluapkan rasa kesedihan mendalam.

Sementara itu, belum kering air mata menangisi korban Lion Air, maskapai lain Sriwijaya Air SJ 091 rute Bengkulu-Jakarta (Senin, 5 November 2018) ikut pula memantik kemarahan penumpang. Pesawat ini diduga membawa 3 ton durian yang membuat kabin pesawat dipenuhi bau durian.

Masyarakat kembali nepuk-nepuk jidat melihat fenomena dunia penerbangan di negeri ini.

Bisnis penerbangan tanggung jawabnya tentu sangatlah besar. Kini, barangkali hanya do'a penuh khusuk yang bisa kita panjatkan. Mudah-mudahan Rusdi Kirana dan semua orang (termasuk maskapai lain) yang terlibat dalam bisnis ini, tidak termasuk jenis manusia yang dikhawatirkan oleh para malaikat di atas. Wallahu'alam...  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun