Mohon tunggu...
erisman yahya
erisman yahya Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah, maka kamu ada...

Masyarakat biasa...proletar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Nama Tak Jadi Do’a

20 Januari 2014   18:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:38 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Apalah arti sebuah nama..! Begitu ungkapan yang sering kita dengar. Tapi saya yakin, di balik sebuah nama selalu terselip sebuah makna bahkan do’a. Suatu ketika (mungkin waktu itu umur saya masih sekitar 7 tahunan), saya pun menghadap ke Bapak saya, lalu bertanya: “Pak, kok nama saya Erisman, sih. Artinya apaan tuh...?” Bapak saya sejenak terdiam, lalu dengan penuh wibawa menjawab: “Insya Allah dengan nama itu kamu nanti akan menjadi orang besar...” (ketika itu saya sungguh merasa tersanjung. Mungkin Bapak saya terinspirasi dari nama Aristoteles pikir saya, sang filsuf terkenal dari Yunani itu...Jaka Sembung Bawa Golok, nggak nyambung golok...hehehe).

Ketika saya belajar di sebuah universitas, gara-gara nama ini, saya juga sempat merasa terpukul. Sebabnya, seorang dosen dengan mudahnya saja menilai dan menyimpulkan tingkat keta’atan seseorang dari namanya, termasuk keta’atan orang tuanya. Kata sang dosen, “kalau nama anaknya saja, misalnya (maaf hanya contoh doang) Albertonusmus atau Philipustus tentu sudah bisa diukur bagaimana ilmu agamanya termasuk ilmu agama orang tuanya (maksudnya ilmu agama Islam). Tapi kalau namanya Muhammad Ihsan, Khairunnisa tentu bisa kita simpulkan (maksudnya, pasti ilmu agamanya, termasuk ilmu agama orang tuanya hebat).”

Karena pernyataan sang dosen itu, teman-teman yang namanya berbau Islam, langsung merasa bangga. Cengar-cengir. Bulu hidungnya pada berdiri, hehehe... Sementara kami yang namanya “tidak berbau Islam,” terdiam. Terima nasib. Saya sebenarnya sempat mau protes dengan kesimpulan nyeleneh sang dosen itu, tapi kami tahu dia adalah seorang dosen killer (sebutan untuk dosen yang tidak mau dibantah plus dosen pelit nilai, hehehe). Ya, gimana lagi...

Ternyata, nama tidak sekedar deretan atau rangkaian huruf-huruf belaka. Di setiap katanya terkandung makna plus doa. Tidak heran, kalau orang mau punya anak, jauh-jauh hari biasanya sudah sibuk mencari nama untuk buah hatinya. (Saya sendiri jujur, waktu istri mau melahirkan anak pertama, sampai hunting di toko buku, buku tentang kumpulan nama-nama. Yang dicari cuma satu nama, tapi sampai beli tiga buku, hehehe). Maka, begitu anak pertama saya lahir, langsung saya beri nama Naufal Thirafi. Kira-kira artinya, pemuda yang tampan dan berperilaku baik. Tentu saja saya sebenarnya berdo’a kepada Allah, mudah-mudahan kelak, anak saya menjadi pria yang gagah, pemberani sembari juga punya akhlak yang terpuji.

Tapi akhir-akhir ini, saya sering sedih plus prihatin. Apa pasal..? Sejak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibentuk dan mulai unjuk gigi, begitu banyak orang-orang yang namanya sungguh indah dan terpuji dalam Islam dicokok instansi anti rasuah itu. Sebut saja misalnya, Muhammad Nazaruddin (pria terpuji penolong agama Allah), Wafid Muharram (laki-laki yang dihormati dan menjaga kehormatan), Fathonah (laki-laki yang cerdas), Muhammad Luthfi (pria terpuji dan lemah-lembut), Muhammad Akil Mochtar (pria terpuji yang berakal dan terpilih), Khairunnisa (perempuan terbaik/pilihan) dan masih banyak lagi nama-nama Islam lainnya. Sungguh, di dalam nama-nama mereka itu terkandung makna dan do’a yang luar biasa hebat.

Di sisi lain, saya merasa juga agak malu, ada nama-nama yang justru sangat jauh dari “aroma” Islam, tapi sikapnya, tindak-tanduknya malah sangat mencerminkan nilai-nilai Islam. Sebut saja misalnya, Ahok (Wagub DKI Jakarta). Dia sejauh ini mampu menunjukkan kepribadian dengan integritas yang anti KKN. Lurus. Apa adanya. Dia membuka secara transparan semua harta kekayaannya plus semua gaji/penghasilan yang dia terima sebagai seorang Wagub. Suatu sikap yang tentu saja mungkin tidak dilakukan oleh orang-orang di atas, orang-orang bernama Islami, yang dicokok KPK tersebut.

Kalau begitu, apalah arti sebuah nama? Hehehehe...Wallahu’alam...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun