Mohon tunggu...
Eris Putri Syakila
Eris Putri Syakila Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa

Hobi dengerin musik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kesetaraan Gender dalam Pembangunan Nasional Indonesia

19 November 2024   00:10 Diperbarui: 19 November 2024   00:11 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Baik negara miskin, negara yang sedang berkembang, maupun negara maju selalu berbicara tentang pembangunan. Namun, konteks yang dibahas dan metode pelaksanaannya berbeda untuk setiap negara. Pembangunan pada dasarnya adalah upaya terus menerus, sistematis, dan terencana secara sebagian atau keseluruhan dari suatu negara untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakatnya dengan memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia, seperti yang dilakukan pemerintahan Indonesia. Sejak Indonesia memperoleh kemerdekaannya hingga saat ini, pembagunan nasional telah mencapai tujuan yang tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945.

Selama beberapa dekade, dampak pembangunan mulai muncul karena pembangunan mengabaikan hal-hal penting. Misalnya, pembangunan tidak memperhatikan kesetaran gander, dan pembangunan hanya mengejar pertumbuhan ekonomi tanpa mempehatikan pemerataan pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan ketimpangan di seluruh negara sebagai akibat dari pembagunan yang tidak memperhatikan prospek. Oleh karena itu, negara-negara dunia yang tergabung dalam PBB setuju untuk mencari solusi bersama agar dampak pembangunan yang tidak dikehendaki dapat dikurangi.

Konsep pembangunan nasional adalah ide tentang pembangunan manusia Indonesia dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Konsep ini berarti bahwa pembangunan tidak hanya mencakup kemajuan fisik seperti sandang, pangan, dan papan tetapi juga aspek batin, non-fisik, seperti pendidikan, rasa aman, kebebasan berbicara, dan rasa keadilan. Dengan demikian berdasarkan GBHN (Garis Besar Haluan Negara) konsep pembangunan nasional adalah upaya untuk mengubah semua aspek kehidupan bangsa demi mencapai kesejahteraan masyarakat, termasuk politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Sedangkan menurut beberapa ahli, pembangunan nasional tidak hanya diartikan secara ekonomi adalah konsep yang berkembang, kompleks, dan sistematis yang mempengaruhi semua aspek kehidupan manusia, bangsa, dan negara. Dengan menerapkan pembangunan nasional, akan terjadi peningkatan kemampuan negara di semua bidang kehidupan, termasuk pendidikan yang lebih baik, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan, lebih banyak kesempatan untuk memilih secara ekonomi, sosial, dan politik dan peningkatan harga diri. Selain peningkatan kemampuan individu dalam negara, pembangunan nasional juga akan meningkatkan kemampuan negara, termasuk peningkatan kemampuan ekonomi, sosial, dan politik.

Berbicara menegani gander, kata Gander berasal dari genus, yang berarti jenis atau tipe, dalam bahasa Latin. Gender tidak berasal dari alam atau pemberian Tuhan, tetapi merupakan karakteristik peran dan tanggung jawab yang diberikan kepada perempuan dan laki-laki secara sosial. Konsep dasar gender merupakan hasil konstruksi sosial yang dibuat oleh manusia dan masyarakatnya. Konsep ini tidak tidak tetap, berubah-ubah, dan dapat ditransfer dari satu jenis kelamin ke jenis kelamin lain seiring waktu, tempat, dan budaya.

Hampir bersamaan dengan munculnya gerakan feminism di Eropa dan Amerika, perdebatan tentang fender mulai muncul. Gerakan ini menuntut perlakuan yang sama bagi laki-laki dan perempuan yang menghasilkan istilah "50:50", yang berarti kesamaan sempurna antara laki-laki dan perempuan. Karena berbagai hambatan dari nilai-nilai agama, sosial, dan budaya lokal, mewujudkan hal seperti ini sangat sulit. Gender sering disalah artikan sebagai perbedaan yang disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin. Hal ini juga menyebabkan perlakuan yang berbeda karena perbedaan jenis kelamin sudah ada sejak lahir. Gednder adalah konstruksi sosial yang dibuat oleh masyarakat untuk menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki peran, fungsi, dan tanggung jawab yang berbeda. Gender adalah hasil dari konstruksi sosial atau budaya lokal.

Kesetaraan gender berarti laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan dan hak yang sama sebagai manusia untuk berpartisipasi dalam politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan pertahanan dan keamanan nasional (Hankamnas). Selain itu, kesetaraan gender mencakup penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan structural yang terjadi baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Kesetaraan gender terkait dengan keadilan gender, yang merupakan proses dan perlakuan adil terhadap laki-laki dan perempuan. Tidak adanya diskriminasi antara laki-laki dan perempuan merupakan tanda kesetaraan gender.

Dalam sebuah negara, kesetaraan gender dapat mempengaruhi banyak hal, seperti moralitas dan keadilan yang mempengaruhi ekonomi. Pengaruh kesetaraan gender dalam moralitas dianggap penting karena mengakibatkan ketimpangan sosial yang pada akhirnya meningkatkan kriminalitas dan kesenjangan sosial. Di sisi lain, kesetaraan gender dikaitkan dengan Hak Asasi Manusia (HAM) di mana kesetaraan gender merupakan pelaksanaan hak asasi manusia. Dalam hal ini, peningkatan jumlah kejahatan dapat dianggap sebagai kejahatan yang merugikan orang lain, sehingga termasuk dalam kategori pelanggaran HAM.

Dalam hal ekonomi, kesetaraan gender memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Menurut penelitian internasional, kebijakan seperti kesetaraan gender akan mengakibatkan penurunan pendapatan nasional di seluruh dunia. Kesetaraan gender berarti memberi laki-laki dan perempuan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi, pendidikan, dan empowerment politik. Salah satu cara bagi perempuan untuk mendapatkan pengakuan dan kesadaran diri akan potensi dan kelayakan mereka adalah melalui empowerment politik, yang mencakup beberapa hal antara lain, menghentikan perempuan dari pengangguran, mengakui bahwa perempuan memiliki lebih banyak pilihan daripada laki-laki, dan mengakui bahwa perempuan memiliki lebih banyak pilihan daripada laki-laki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun