Mohon tunggu...
Erinna Ratnaduhita
Erinna Ratnaduhita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

suka menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah dan Perkembangan Filsafat Dakwah

1 Oktober 2024   17:02 Diperbarui: 1 Oktober 2024   17:03 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam tradisi filsafat Islam, para filsuf Muslim tidak melakukan kajian secara
spesifik tentang dakwah Islam. Mereka cenderung mengkaji hal-hal yang berkaitan
dengan Tuhan, manusia, penciptaan alam, metafisika, logika dan etika. Oleh karena
itu, dalam literatur filsafat Islam tidak dikenal istilah filsafat dakwah. Filsafat dakwah
berkembang menjadi kajian dan pengetahuan tersendiri setelah keilmuan dakwah
tersistematisir dan diakui keberadaannya pada pertengahan abad ke20. Pengakuan
dakwah sebagai ilmu bukan hanya pertimbangan telah berdirinya Fakultas Dakwah
di Mesir dan Indonesia, melainkan karena kegiatan dakwah merupakan fenomena
sosial yang dapat dipelajari dan dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan.
Dalam studi Islam, ilmu Balaghah merupakan cikal-bakal lahirnya ilmu Dakwah,
tetapi ilmu Balaghah tidak dilihat sebagai pemikiran dakwah, melainkan bagian dari
Iimu Sastra ('Ilm al-Adab). Klasifikasi ini berlangsung lama serta belum ada upaya
membedakan antara dakwah dan Ilmu Dakwah. Para ulama tidak melihat praktik
dakwah sebagai fakta sosial, melainkan sebagai etika sosial. Akibatnya, ketika
berbicara dakwah, mereka melupakan ilmu-ilmu bantu untuk mengembangkan
pemikiran dakwah. Ilmu Balaghah adalah salah satu ilmu bantu yang telah terlupakan
oleh para sarjana ilmu Dakwah. Secara garis besar, tahap-tahap perkembangan Ilmu Dakwah
terbagi dalam tiga tahapan:3
1) Tahap konvensional. Pada tahap ini dakwah masih merupakan kegiatan
keagamaan berupa seruan atau ajakan untuk menganut dan mengamalkan
ajaran Islam yang dilakukan secara konvensional. Dengan demikian,
dalam pelaksanaannnya, dakwah belum berdasar kepada metode-metode
ilmiah, tetapi berdasarkan pengamalan orang per orang. Oleh karena itu,
tahap ini juga disebut dengan tahap tradisional. Di samping itu,
fenomena-fenomena dakwah yang ada pada tahap ini belum tersusun
secara sistematis.
2) Tahap sistematis. Tahap ini merupakan tahap pertengahan antara tahap
konvensional dan tahap berikutnya, yaitu tahap ilmiah. Pada tahap ini,
dakwah yang ada dalam tahap konvensional di atas sudah mulai
dibicarakan secara khusus oleh beberapa kalangan, sehingga muncul
beberapa literatur yang secara khusus membahas dakwah. Selain itu,
tahap ini juga ditandai dengan adanya perhatian masyarakat yang lebih
luas terhadap permasalahan dakwah Islam. Hal ini dapat dilihat dengan
meningkatnya penyelenggaraan seminar, diskusi, sarasehan, dan
pertemuan-pertemuan ilmiah lainnya yang secara khusus membicarakan
masalah yang berkenaan dengan dakwah. Gejala-gejala proses keilmuan
dakwah mulai terlihat dalam tahap ini, sehingga menentukan tahap
selanjutnya.
3) Tahap ilmiah. Pada tahap ini, dakwah telah berhasil tersusun sebagai ilmu
pengetahuan dan telah memenuhi beberapa persyaratan pokoknya, yaitu
obyektif, metodik, universal, dan sistematis. Ini adalah berkat jasa para
ulama dan para sarjana muslim yang telah mengkaji secara serius, baik
dalam penelitian lapangan (field research) maupun penelitian
kepustakaan (library research). Kajian mereka menghasilkan teori-teori
dakwah. Dengan teori yang kuat, masyarakat mendirikan sarana dan
prasarana pengembangannya melalui institusi perguruan tinggi.  pengembangan Ilmu Dakwah dengan memadukan bidang lain
juga berangkat dari aspek metode dan media dakwah. Kita ambil contoh, Psikologi
Dakwah adalah dakwah dengan pendekatan psikologis; Komunikasi Dakwah
merupakan dakwah dengan menggunakan metode dan media komunikasi;
Manajemen Dakwah juga berarti dakwah dengan pendekatan kelembagaan. Dengan
demikian, kajian empiris dakwah tidak memperhatikan aspek hukum dakwah,
pendakwah, bentuk dan jenis pesan dakwah, serta pengelompokan mitra dakwah
berdasarkan iman. Dengan mempersempit cakupan ini, obyek kajian Ilmu Dakwah
tidak lagi bias dan meluas. Filsafat dakwah sebagai landasan pemikiran dari suatu ilmu dalam mencapai
tujuan ilmu, mempunyai obyek kajian yang berbeda dengan ilmu lainnya. Dalam ilmu
dakwah, tujuannya ialah mencapai kebahagiaan yang dirasakan di dunia sesuai
dengan perintah Al-Qur'an dan hadist Nabi. Oleh karenanya, dimensi transendensi
dari kajian ini mesti diperhitungkan. Hal ini juga yang membedakan antara satu
disiplin dengan lainnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun