Pada penelitian yang dilakukan oleh Dwiyotno, et all (2018), konsentrasi mikroplastik (MP) yang ditemukan pada sampel air laut Teluk Jakarta tertinggi sebanyak 31 partikel/m3 dengan berat 130 mg/m3, sedangkan pada sedimen 3 partikel/kg dengan berat 2.4 mg/kg. Adapun konsentrasi MP tertinggi di perairan Tarakan 5 partikel/g dengan berat 4.2 mg/kg sedimen. Pada umumnya mikroplastik dalam bentuk fragmen ditemukan dalam konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan jenis mikroplastik lain seperti fiber dan granul/pellet.
Maka dari itu, penting bagi berbagai pihak untuk saling mengintegrasikan solusi dalam menyelesaikan permasalahan ini,
Dari Pemerintah
Pentingnya untuk meningkatkan kapasitas TPA dan semakin memperketat jalur persampahan dari hulu ke hilir, terutama juga dalam memberikan solusi untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh layanan sampah. Saat ini, menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2015), 81 persen sampah di Indonesia tidak terpilah, hanya sekitar 9 persen yang berhasil dipilah dan didaurulang. Hal ini menandakan bahwa penanganan sampah di darat masih belum maksimal sehingga banyak yang pada akhirnya bermuara ke lautan
Dari Industri
Industri merupakan institusi yang seharusnya banyak bertanggungjawab karena menjadi penyumbang terbesar sampah plastik di dunia. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena plastik memang menjaga kualitas produk sampai lama, terutama bila didistribusikan ke daerah yang cukup jauh. Namun, yang perlu untuk selalu diperhatikan dan dilakukan adalah mengutamakan penelitian dan pengembangan bagaimana produknya agar meminimalisir penggunaan plastik sebanyak mungkin. Sudah banyak konsep bulk-store atau penggunaan recycled plastics untuk pembuatan produk baru. Selain itu perlunya juga peran industri dalam mengedukasi masyarakat perihal sampah yang mereka hasilkan dari penggunaan barang-barang yang terbuat dari plastik tersebut.
Dari Masyarakat
Saat ini, edukasi tentang persampahan kepada masyarakat masih kurang. Selain karena sudah terbiasa dari awal untuk mencampur sampah organik dan anorganik, masyarakat juga masih kurang memiliki kesadaran untuk menggunakan plastik secara bijak. Perlu adanya pemahaman yang secara menyeluruh serta solusi yang hadir dan konkrit seperti adanya punishment yang tegas untuk saat ini.
Bila seluruh pihak dapat melaksanakan tugasnya masing-masing dan serius dalam menanganinya, sudah seharusnya ancaman mikroplastik dikedepannya dapat berkurang. Sebab, menurut Peneliti Kimia Laut dan Ekotoksilogi Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Reza Cordova, yang disadur dari Mongabay oleh Anbary (2019), diperkirakan pada tahun 2050 jumlah sampah plastik akan lebih banyak dari jumlah ikan yang ada di lautan, dan hal ini juga akan berkaitan erat dengan keberadaan mikroplastik.
Kelak, sudah bukan kita lagi yang menempati bumi ini. Tapi, anak cucu kita. Dengan kita menjaga ekosistem laut agar terbebas dari mikroplastik, selain menyelamatkan biota laut kita juga menyelamatkan generasi kita kedepannya dari ancaman polusi rantai pasokan makanan. Jadi, mau meninggalkan rumah yang seperti apa untuk mereka?
Referensi