Mohon tunggu...
Erina Sulistyowati
Erina Sulistyowati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya membaca novel dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Harmoni Budaya dan Kehidupan Modern di Kampoeng Ketandan, Malioboro Yogyakarta

4 Januari 2025   02:40 Diperbarui: 4 Januari 2025   01:55 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Suasana Malioboro di Siang Hari

Pemandangan dari Kampoeng Ketandan, yang merupakan bagian dari kawasan Malioboro di Yogyakarta, menggambarkan harmoni antara tradisi, budaya, dan kehidupan modern. Gerbang bergaya Tionghoa yang berdiri megah menunjukkan pengaruh komunitas Tionghoa yang telah lama menjadi bagian dari sejarah Yogyakarta. Dengan ukiran dan warna yang khas, gerbang ini tidak hanya menjadi ikon budaya tetapi juga pengingat bahwa kawasan Malioboro adalah tempat bertemunya beragam identitas budaya yang hidup berdampingan secara damai.

Di sekitar gerbang, aktivitas masyarakat lokal dan wisatawan begitu terasa. Becak yang berlalu lalang menjadi simbol transportasi tradisional yang masih bertahan di tengah modernisasi. Kehadirannya memberikan sentuhan nostalgia, mengingatkan kita pada keunikan budaya lokal yang tetap dihargai meski teknologi terus berkembang. Selain itu, keberadaan warung-warung kecil dan pedagang kaki lima di sekitar jalan menambah semarak suasana. Mereka tidak hanya menawarkan makanan dan barang dagangan, tetapi juga menjadi bagian dari pengalaman otentik Malioboro yang menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Malioboro sendiri telah lama menjadi jantung pariwisata Yogyakarta. Kawasan ini adalah tempat di mana wisatawan dapat menemukan kehidupan masyarakat sehari-hari yang berpadu dengan warisan budaya. Kampoeng Ketandan, dengan ciri khas pecinannya, menjadi daya tarik tersendiri, terutama selama acara-acara seperti Pekan Budaya Tionghoa. Perayaan ini tidak hanya menjadi ajang hiburan tetapi juga momen untuk mengenal lebih dekat tradisi yang dijaga oleh komunitas Tionghoa di Yogyakarta.

Namun, di balik keindahannya, ada tantangan dalam menjaga keseimbangan antara tradisi dan modernitas. Keramaian jalan, kepadatan kendaraan, dan meningkatnya jumlah wisatawan dapat memberikan dampak pada lingkungan dan kenyamanan masyarakat lokal. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kelestarian kawasan ini, baik dari segi budaya maupun lingkungan, agar Malioboro tetap menjadi ikon Yogyakarta yang membanggakan.

Secara keseluruhan, pemandangan di sekitar Kampoeng Ketandan mencerminkan wajah Yogyakarta sebagai kota budaya yang ramah, dinamis, dan penuh cerita. Dengan kekayaan sejarah dan keberagamannya, Malioboro tidak hanya menjadi tempat wisata, tetapi juga simbol harmoni yang menginspirasi kita semua untuk terus merawat warisan budaya bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun