Beberapa hari berselang, tiba sebuah surat balasan yang dialamatkan ke sekolahku. Aku senang sekali. Ternyata suratku dibalas dengan cepat :D Aku pun tak lupa kembali membalasnya.
Kami sering bersurat-suratan hingga perangko bekasnya terkumpul lumayan banyak. Sejak saat itu, selain menulis buku harian dan menciptakan tokoh-tokoh fiksi, aku punya kegiatan baru yang sangat menyenangkan, bersurat-suratan.
Bertemu dengan Sahabat Pena
Saat ini, aku bukan lagi anak SD berusia 9 tahun, aku sudah menemukan dunia dewasaku. Tapi tak dapat kutolak bahwa buku harian, tokoh-tokoh fiksi, dan sahabat pena masih menjadi bagian dalam keseharianku.
Ramadhan tahun 2012, setelah sejak tahun 1999 hanya bisa melihat tulisan dan foto saja, aku dapat bertemu dengan salah satu sahabat penaku. Laila namanya. Aku menemukannya kembali, setelah tidak sengaja melihat sebuah wajah dengan sepasang telinga yang tak asing bagiku, di sebuah situs jejaring sosial. Aku memang masih mengingat wajahnya dengan jelas begitupun dengan nama, tanggal lahir, dan alamat lengkapnya. Setelah mendapat informasi lebih lanjut, kami pun memutuskan untuk bertemu :D
Pertama kali kami bertemu dan dapat bercerita dengan nyata adalah di sebuah tempat makan di Sampangan, Semarang. Sangat-sangat menyenangkan. Bertemu dengan orang baru namun sebenarnya sosoknya sudah sangat lama dikenal :)
Begitulah perjalanan surat-menyuratku :) Semuanya begitu menyenangkan.
(diambil dari catatan di akun sosmed dan blog saya: November 2012)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H