Sebuah novel sejarah berjudul Ranggalawe Sang Penakluk Mongol karya Makinudin Samin mengisahkan ekspedisi Mongol ke Jawa pada abad ke-13 M jelang berdirinya Kemaharajaan Majapahit. Makinuddin Samin menceritakan bahwa Kaisar Mongol, Kubilai Khan, akhirnya tewas di Jawa saat berhadapan dengan Pasukan Majapahit. Benarkah kejadiannya seperti ini, ayo kita membedah kevalidan sumber yang mendukung  teori Makinudin Samin.
Naskah Kidung Harsawijaya
Ternyata naskah yang menceritakan bahwa Kubilai Khan mati terbunuh di Jawa, sumbernya adalah Naskah Kidung Harsawijaya.Kidung Harsawijaya menceritakan perjuangan seorang putra Narasingha, yang bernama Harsawijaya ( Raden Wijaya) dalam mendirikan Kerajaan Majapahit dan menggagalkan Invasi Mongol ke Tanah Jawa.  Kisah nya antara lain Raja Mongol / Tatar datang ke Jawa bersama pasukannya untuk merebut istri Harsawijaya, Pusparasmi, namun Harsawijaya bertempur mempertahankan istrinya tersebut dan Pasukan Mongol mengalami kekalahan. Raja Mongol terbunuh dan Harsawijaya menjadi Raja Majapahit dan menguasai  hampir seluruh Nusantara. Menurut Filolog Heri Purwanto, Kidung Harsawijaya sangat diragukan sebagai sumber historis, dikarenakan kidung ini ditulis berabad-abad setelah Raden Wijaya wafat, sehingga isinya lebih banyak berisi mitos.
Penyaringan Sumber Sejarah dari Mitos.
Penggunaan naskah lokal sebagai sumber sejarah, haruslah disaring terlebih dahulu dari mitos-mitos yang menyelimutinya.  Hal ini sebagaimana metodologi Ibnu Khaldun, yang membedakan sejarah dari mitos-mitos, Ibnu Khaldun mengkritik metodologi para sejarawan pendahulunya, seperti Al-Mas udi misalnya, yang mencampur adukkan antara mitos dan sejarah, kritik tersebut diberikan karena Al-Masudi telah memasukkan mitos-mitos ke dalam tulisan sejarahnya, antara lain kebesaran Kerajaan Yaman pada masa lampau, yang mana dikisahkan Kerajaan Yaman masa lampau mampu menguasai  Cina, Samarkand, hingga ke Konstantinopel. Kisah ini diragukan karena tidak didukung riwayat-riwayat yang lebih kuat, demikianlah menurut Ibnu Khaldun.
Maka, sama seperti mitologi tentang raja-raja Yaman diatas, kisah tentang tewasnya Raja Mongol di Jawa, harus diuji dengan sumber-sumber lain yang lebih tua. Berikut, kami akan membedah sumber-sumber yang lebih tua mengenai kejadian berikut.
Kakawin Negarakretagama dan Naskah Pararaton.
Karya sastra berbahasa Jawa Kuna yang ditulis Mpu Prapanca pada abad ke-14 M ini, berkisah tentang sejarah Kerajaan Majapahit dan kerajaan-kerajaan pendahulunya, hingga masa Rajasanagara/ Hayam Wuruk, raja terbesar Majapahit. Kakawin Negarakretagama justru menyebut bahwa Wijaya menyerang Jayakatwang dengan bantuan Mongol. Anehnya, naskah berbahasa Jawa Kuna ini tidak memaparkan lebih lanjut tentang Bangsa Mongol.
Uraian tentang Raden Wijaya dan kedatangan Bangsa Mongol ini, kiranya dapat dilacak pada Naskah Pararaton yang, menurut Filolog Heri Purwanto, ditulis pada 1481 M,
Naskah Pararaton mengisahkan bahwa Wijaya meminta bantuan Pasukan Mongol yang datang ke Jawa untuk membantunya menggulingkan rival politiknya, Jaya Katong, yang berkuasa di Kediri. Pasukan Mongol dengan dibantu pula oleh Pasukan Wijaya yang terdiri dari orang-orang Majapahit dan Madura, menyerbu Istana Jaya Katong dan Jaya Katong ditangkap Orang-orang Mongol.