Salah satu isi dari catatan dalam kitab tersebut adalah Kerajaan Islam Kutai Kartanegara yang menyerang Kerajaan Mulawarman pada abad ke 17 M. Â Ini masih bisa diterima, mengingat bahwa kitab ini ditulis pada abad ke-19 M dan peristiwa penyerangan ini tidak begitu jauh dari masa penulisan kitab ini. Namun, yang diragukan adalah kitab ini menyebut nama Kerajaan Mulawarman dengan sebutan Martapura.
Pendiri Kutai yang bernama Kudungga diduga kuat merupakan pribumi Kalimantan dan bukan merupakan orang imigran. Yang membingungkan dalam prasasti ini adalah Aswawarman adalah pendiri dinasti, padahal ia merupakan putra Kudungga. Berdasarkan berita dari Naskah Wangsakerta yaitu Pusthaka Rajya rajya I Bhumi Nusantara, Sejarawan Ayat Rohaedi berpendapat jika Aswawarman merupakan menantu Kudungga. Masalah  Naskah Wangsakerta, pernah saya ulas di tautan dibawah ini:
Menguak Keaslian Naskah Wangsakerta, Analisis Sejarah Halaman 1 - Kompasiana.com
Inipun masih merupakan pendapat yah, sementara di Prasasti Muarakaman tertulis bahwasannya Aswawarman merupakan Putra Kudungga, menurut saya, kasusnya justru sama dengan Dinasti Utsmani. Mengapa nama dinastinya Utsmani? Padahal kan yang merintis itu Erthugrul dan bukan Utsman, putra dari sang ksatria nomaden itu. Mengapa namanya bukan Dinasti Erthugrul? Alasannya, Utsman lah yang menciptakan sistem kerajaan itu dan bukan Erthugrul. Jasa-jasa Utsman bin Erthugrul alias Osman Gazi bisa teman-teman baca di link berikut setelah selesai membaca artikel ini:
Osman Gazi: Pendiri Imperium dan Bapak Organisasi Pemuda Halaman 1 - Kompasiana.com
Jadi, kemungkinan pola yang terjadi sama. Kudungga telah merintis sebuah Komunitas Hindu di Kalimantan tersebut, tepatnya di Daerah Kutai dan menjadi pemimpinnya, sang putra yang bernama Aswawarman yang menggantikannya mulai membangun kekuasaan politik dan barangkali juga tentara yang kelak digunakan Mulawarman untuk melakukan ekspansi.
Kedua, Pemerintahan Mulawarman. Kemungkinan, pola Kerajaan Kutai ini sama dengan Kerajaan Majapahit atau Khilafah Islam Klasik. Dimana letak kesamaannya? Yah, sama-sama bersifat ekspansif atau sering melakukan ekspansi wilayah. Ini tentu berbeda dengan pola Kerajaan Sunda yang tidak ekspansif dan lebih menekankan pembangunan internal, sebagaiman strategi Prabu Siliwangi Sri Baduga Maharaja yang merupakan raja terbesarnya, masalah ini pernah saya bahas di tautan berikut:
Strategi Sri Baduga Maharaja Mempersatukan Tatar Sunda: Gak Pake Perang! Halaman 1 - Kompasiana.com
Sifat ekspansif Kerajaan Kutai yang dipimpin Mulawarman ini terbukti dengan tulisan di prasasti yang menyatakan ekspansi Kerajaan Kutai melawan raja-raja di sekitarnya diantaranya Raja Yudhistira. Kitapun perlu menganalisis, mengapa Kerajaan Kutai ini bersifat ekspansif.
Kemungkinan besar, ada ancaman dari kelompok-kelompok di sekitar Kerajaan Kutai. Bernard H.M.Vlekke memperkirakan bahwasannya pada masa- masa itu, banyak sekali Raja India dan pengikut-pengikut mereka yang berlayar ke Nusantara dan membangun kota-kota baru, serta menaklukkan penduduk setempat. Mungkin saja yah, berdasarkan pendapat ini, raja-raja yang dilawan Mulawarman adalah Koloni-koloni India di sekitar Kutai yang mengancam keberadaan kerajaan ini. Nama Yudhistira jelas merupakan nama yang sangat India, meski demikian, Vlekke meragukan sendiri teori ini karena tidak adanya catatan yang menjelaskan hal ini.
Ketiga, runtuhnya Kerajaan Mulawarman. Ini pun masih menjadi sebuah misteri. Pasalnya, Kitab Salasilah Kutai mengatakan bahwa keruntuhan ini disebabkan oleh serangan Umat Islam yang diwakili Kutai Kartanegara, namun menurut C.A.Mes, Kerajaan Mulawarman sendiri bukan Kerajaan Kutai dan nama Kutai baru digunakan pada abad ke-13 M saat Aji Batara Agung mendirikan kerajaan dilokasi yang sama dengan Kerajaan Mulawarman. Kemungkinan besar, Kerajaan Raja Mulawarman sudah hancur jauh sebelum masa Islam.
Mungkin, keruntuhan Kerajaan Mulawarman ini disebabkan serangan Majapahit. Karena, Mpu Prapanca mencatat bahwasannya Majapahit juga menguasai daerah Kutai. Disini, ada kemungkinan bahwa Majapahitlah yang menyerang Kerajaan Kutai Kuno yang merupakan keturunan Mulawarman.
Keempat, Kutai setelah masa Islam. Robert Cribb menyebutkan bahwa pada 1280 M, para pengungsi dari Kerajaan Singasari mendirikan kerajaan di dekat kerajaan yang didirikan oleh Mulawarman dan menamainya sebagai Kutai Kartanegara. Pada 1565 M, Kerajaan Kutai Kartanegara memeluk Islam dan mulai menaklukkan Kerajaan Mulawarman. Kemungkinan, jika dicocokkan dengan penjelasan Robert Cribb, Aji Batara Agung inilah yang mendirikan Kutai Kartanegara.
Mengapa dinamai Kartanegara? Prabu Kertanegara adalah raja terbesar Kerajaan Singasari yang berhasil menundukkan Negeri Melayu dan tidak gentar menghadapi ancaman Kaisar Mongol, Kubilai Khan. Sejarawan Slamet Muljana bahkan menyebutkan Kertanegara tidak takut pada siapapun.