Mohon tunggu...
Eril Sadewa
Eril Sadewa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Analis Sejarah

Selamat datang, tulisan-tulisan disini adalah hasil pembacaan saya atas Sejarah Nusantara yang begitu kaya, semoga bisa menjadi jembatan untuk menyelami kekayaan sejarah negeri kita yang indah ini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mempertanyakan Sosok Sultan Agung

20 November 2023   12:29 Diperbarui: 20 November 2023   13:03 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: nasional.okezone.

Salah seorang teman saya pernah mengatakan bahwa Sultan Agung dianggap pahlawan padahal beliau menghancurkan lawan-lawannya di Jawa secara sadis. Pada artikel kali ini, saya akan mencoba menjelaskan pandangan saya tentang Sultan Agung. Simak artikel ini sampai selesai ya teman-teman, supaya teman-teman mendapat gambaran utuh mengenai siapa tokoh yang dianggap kontroversial ini.

Sultan Agung lahir di Kotagedhe, Ibukota Kesultanan Mataram pada 1593 M dengan nama kecil Raden Mas Rangsang dan merupakan putra dari putra mahkota Mataram yang bernama  Raden Mas Jolang. Ibu Sultan Agung bernama Ratu Ayu Dyah Banowati yang merupakan putri Pangeran Benawa dari Kerajaan Pajang.

Ayahnya kemudian naik tahta sebagai Sultan Mataram dengan gelar Panembahan Hanyrakawati. Raden Mas Rangsang belajar pada Kyai Ageng Jejer yang mengajarinya Ilmu Al-Quran, Hadits Nabi, Fiqih, dan Ketatanegaraan.

Pada 1613 M, Sultan Agung diangkat menjadi Sultan Mataram dengan gelar pertamanya adalah Panembahan Hanyrakasuma. Usianya kala itu masih 20 tahun dan beliau menggantikan saudaranya, Adipati Martapura yang cacat mental. Beliau dimahkotai oleh Ki Ageng Juru Martani.

Pada masa pemerintahannya, Sultan Agung justru fokus memperluas wilayah kekuasaan Mataram ke penjuru barat dan timur Jawa.

Di barat, Sultan Agung menaklukkan Cirebon dan juga Kerajaan Sunda terakhir yang berpuat di Sumedang. Perlu diketahui, bahwa Ibukota Kerajaan Sunda yang asli di Pakuan Padjajaran ( kini Bogor) telah ditaklukkan oleh Kesultanan Banten dan Pangeran Sunda terakhir menuju Sumedang dan memindahkan pusat kekuasaannya kesana. Pangeran Rangga Gede lalu diangkat menjadi Penguasa Sumedang dan wilayahnya meliputi seluruh Jawa Barat.

Di Jawa Timur, beliau menaklukkan wilayah-wilayah lainnya seperti Mojoagung, Jombang, dan Kediri. Bahkan Pasukan Mataram merambah ke Daerah Blambangan dan setelah itu Kesultanan Mataram terlibat peperangan melawan Kadipaten Surabaya yang dipimpin Pangeran Jaya Lengkara. Sultan Agung lalu menaklukkan Madura pada 1624 M dan juga Tanjung Pura yang menjadi mitra Surabaya. Tanjung Pura saat ini adalah wilayah di Kalimantan Barat. Di Madura, Sultan Agung menghabisi raja-raja kecil yang ada dan mengangkat Pangeran Prasena sebagai Panembahan Cakraningrat, raja bawahan untuk seluruh Madura.

Akhirnya, Pasukan Mataram bergerak menaklukkan Surabaya. Sultan Agung membendung Kalimas dan memasukkan bangkai-bangkai binatang ke Kalimas dan Kalimas kala itu merupakan sumber air bagi warga Surabaya. Berjangkitlah wabah penyakit perut dan gatal-gatal di Surabaya hingga akhirnya Jaya Lengkara menyerah dan Surabaya dapat ditaklukkan.

Saya berhenti sampai disini untuk menjawab tuduhan bahwa Sultan Agung melakukan penumpasan secara kejam pada lawan-lawannya, dan analisis saya adalah sebagai berikut:
1. Kala itu muncul bahaya VOC Belanda yang mengancam akan menjajah Pulau Jawa dan Sultan Agung harus mempersatukan Jawa secepat mungkin demi menghindari Jawa jatuh ke tangan VOC. Kerajaan-kerajaan kecil di Jawa pasti tidak akan menyerah begitu saja kepada Sultan Agung tanpa perlawanan, maka terjadinya peperangan demi peperangan.

2.Sultan Agung tidak melakukan teror di wilayah yang telah ditaklukkan, seperti misalnya pembantaian penduduk dan penjarahan rumah-rumah. Maka klaim bahwa Sultan Agung menumpas lawan-lawannya secara kejam perlu dipertanyakan, kejam seperti apa yang dimaksud?

3.Penaklukkan Wilayah Sunda, terutama Sumedang justru membawa berkah bagi penduduknya. Sultan Agung mengenalkan beras sebagai makanan penduduk, karena Sultan Agung juga mengirim petani-petani beras ke Wilayah Sunda dan membuat lumbung beras yang masih bertahan hingga kini. Ini menunjukkan bahwa daerah yang ditaklukkan Sultan Agung disejahterakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun