Mohon tunggu...
Eri Kurniawan
Eri Kurniawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya pelajar, pengajar dan orang yang akan senantiasa 'kurang ajar' (dalam makna positif). Sekarang sedang belajar di kota Iowa, negerinya Bang Obama. Motto: "Teruslah merasa kurang ajar, karena kalau merasa terpelajar, kamu akan berhenti belajar."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Ngompasiana Baru Sebatas Kewajiban

19 Februari 2011   16:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:27 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="630" caption="sumber: http://www.kompas.com/"][/caption] Saya terbilang orang baru di keluarga besar kompasiana ini. Baru eksis beberapa minggu ke belakang. Namun, dari segi produktifitas cukup bisa dibanggakan. Paling tidak, setiap hari ada saja satu tulisan, terlepas dari kualitasnya yang mungkin dinomorduakan. Ya itulah resiko mengejar target. Atau dalam istilah saya, menunaikan komitmen pribadi. Perkenalan saya dengan Kompasiana sebenarnya sudah agak lama. Satu atau bahkan dua tahun silam, istri sering membaca beberapa artikel menarik di media ini. Istri dulu pernah menjadi anggota KOKI tapi mungkin dinonaktifkan dan semuanya dihijrahkan ke kompasiana. Sedari itu, dia tidak begitu aktif lagi mengikuti perkembangan kompasiana. Beberapa teman saya pun pernah aktif menjadi penulis di KOKI dan sempat memajang tulisan-tulisannya di lapak facebooknya, tapi karena kesibukannya mereka tidak aktif lagi. Beberapa bulan ke belakang, datanglah seorang ustadz dari Malang yang ternyata seorang "Kompasioner". Beliau adalah Sudirman Hasan. Orangnya luar biasa pintar, ramah dan energinya sepertinya tak pernah habis. Semangatnya luar biasa, salah satunya dalam ngompasiana. Saking aktifnya, dalam suasana percakapan pun, beliau tidak lupa mengecek lapaknya. Katanya untuk mengecek seberapa banyak pembaca dan komentarnya. Menurut pengakuannya, itulah yang selama ini memotivasinya untuk berkarya. Apalagi kalau tulisannya dipercaya Admin nongkrong di Headline, motivasi berkaryanya menjadi melangit. Terlebih, awal tahun ini, beliau baru mendapat hadiah Blackberry berkat tulisannya yang menjadi pemenang salah satu kategori lomba di Kompasiana. Sebenarnya, beliau juga sudah lama punya blog tapi Anda tahu sendiri "traffic" menuju ke blog tidak sehebat traffic ke Kompasiana. Apalagi kalau tulisannya (apalagi judulnya) tidak semenghebohkan dan sebombastis tulisan-tulisannya Bang Erianto Anas. Mana ada orang yang mau sudi berkunjung. Tapi, dengan Kompasiana ini, kata Mas Dirman, kita punya komunitas bak keluarga yang kerap rajin mampir untuk membaca karya kita. Karenanya, Mas Dirman ini tidak pernah merasa lelah untuk terus memprovokasi saya untuk menjadi anggota keluarga besar Kompasiana. Banyak hal yang katanya bisa diperoleh, mulai dari banyak teman, banyak baca (dan belajar tentunya) dan berlatih mengekspresikan diri, berbagi gagasan dan pengalaman, lewat tulisan. Tadinya, dengan dalih kesibukan mengajar, meneliti dan kuliah, saya menyatakan TIDAK. Tapi, ketika tahun baru menjelang, tiba-tiba terbersit untuk menantang diri sendiri menjadikan "Ngompasiana" sebagai bagian dari resolusi. Akhirnya, saya mendaftar jadi anggota dan memulai berkarya. Alhamdulillah, sejauh ini respon dan penerimaan dari keluarga besar Kompasiana ini begitu menggembirakan. Banyak tulisan saya yang diapresiasi begitu tinggi bahkan beberapa sempat mampir di Headline atau rubrik Terekomendasi. Padahal, sebagian besar isi tulisan hanya menceritakan pengalaman unik, lucu, dan bahkan konyol. Tak ada isi yang benar-benar mendalam atau filosofis dari semua itu. Tapi, mungkin ada suatu pelajaran yang bisa dipetik. Tapi, perjalanan mengompasiana ini tidak selamanya mulus. Kerap, ketika semangat ingin menulis (hanya untuk menunaikan resolusi), ide tak kunjung datang, yang kadang membuat saya urung menulis. Tapi, saya terus mengingatkan diri saya, komitmen adalah komitmen. Sekalipun idenya bisa jadi tidak menarik atau belum solid, tetaplah menulis. Pasti ada saja sesuatu yang bisa dituliskan. Aktivitas keseharian yang mungkin terasa begitu rutin dan biasa bagi kita bisa jadi unik dan menarik bagi orang lain. Terus terang, ngompasiana masih sebatas kewajiban. Banyak kebahagiaan dan kenikmatan yang sudah dirasakan. Tapi, motivasi terbesarnya masih berupa 'paksaan' terhadap diri untuk merealisasikan resolusi. Tak apalah, sebuah kebaikan yang didasari oleh paksaan masih tetap dikategorikan kebaikan. Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun