Sudahkah Indonesia di ambang krisis obat impor? Ini tips antisipasinya
Kebijakan pemerintah untuk menggalakkan produksi dalam negeri ternyata berimbas juga di sektor kesehatan, khususnya obat-obatan impor.
Contohnya di kalangan pasien ginjal ada suplemen pengikat fosfat, Calsium Acetate. Suplemen yang diimpor dalam bentuk jadi tersebut (mungkin bisa dianalogikan dengan CBU di bidang otomotif) Lenal Ace, saat ini sdh tidak diimpor lagi. Tidak ada alasan resminya, tapi sudah sangat sukar memperolehnya.
Akibatnya, pasien-pasien ginjal yang memerlukan suplemen pengikat fosfat yang berkualitas tetapi relatif ekonomis menjadi kelimpungan. Mereka harus beralih ke preparat suplemen yang generasi sebelumnya. Di mana daya ikat fosfatnya tidak sebaik Calcium Acetate, atau menggunakan preparat non calcium yang tidak ekonomis lagi.
Contoh yang lain, terdengar kabar, salah satu perusahaan farmasi dunia melakukan kerja sama dengan farmasi Indonesia untuk cabangnya di Indonesia. Apalagi kalau tidak ingin mempertahankan pangsa pasar obat-obatannya yang kemungkinan akan segera diproduksi di pabrik Indonesia.
Tips Antisipasinya
Lalu bagainana pasien-pasien khususnya yang rutin konsumsi obat impor, mengantisipasinya?
Berikut beberapa tipsnya:
Yang pertama harus dilakukan adalah mengecek obat rutin yang Anda konsumsi, apakah impor atau tidak. Jika ada yang masih impor bisa lakukan (sesuai situasi, kondisi dan kemampuan) hal-hal berikut ini:
1. Segera stok obat-ibatan tersebut sebelum menghilang dari pasar (resmi). Jangan lupa memperhatikan jumlah kebutuhan dan expired date-nya.
2. Â Mulai mencari produk sejenis yang diproduksi oleh farmasi Indonesia. Jenis obat namanya Me Too. Info mengenai hal ini akan dijelaskan pada tulisan berikutnya. Silakan ikuti terus.
3. Speak Up / bersuara
Kalau bisa buat heboh. Dengan teknologi saat ini, sangat mudah menyuarakan kebutuhan pasien di berbagai social media, Facebook, Twitter, Instagram, Tiktok, dll.
Adakah manfaatnya?
Seperti diketahui, perusahaan farmasi itu memiliki bagian riset. Jadi jika banyak yang bersuara, tentu bisa dimonitor oleh perusahaan farmasi dan tertarik untuk segera memproduksinya.
Sekian informasinya. Semoga bermanfaat.
Tulisan berikutnya, jenis-jenis obat: originator, patent, generik, me too, dll. Â Dan bagaimana kualitasnya?
Erik Tapan, dokter bukan Pesulap Merah
Berbeda dengan Pesulap Merah, kami berusaha memberi info2 yang jarang diketahui orang (bukan rahasia hanya jarang diekspise) dari industri kesehatan / farmasi, untuk tujuan edukasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H