Mohon tunggu...
Erik Tapan
Erik Tapan Mohon Tunggu... Dokter - Social Media Health Consultant

Sebagai seorang Health Consultant, saya akan berusaha memberi solusi terbaik (efisien, efektif & aman) bagi klien yang kebetulan mengalami ketidakberuntungan dengan kesehatannya. Pengalaman saya dlm bidang kedokteran, farmasi/obat2an, herbal, terapi alternatif / energi, internet dan social media. Topik yang sering ditangani: anti aging, masalah ginjal, penyakit degeneratif, lansia, dll. Silakan kontak saya untuk memperoleh waktu diskusi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengen hidup panjang, ber-gaul-lah!!

2 Januari 2011   09:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:02 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelihatannya ajakan seperti judul tulisan di atas ini, hanya berlaku bagi orang-orang muda dalam mencari pasangan. Ternyata tidak demikian. Hal ini juga berlaku bagi mereka yang telah berusia 60 tahun ke atas (masuk golongan lanjut usia  / lansia) atau setidaknya bagi Anda yang peduli terhadap orang tua / kakek / nenek Anda, jika masih ingin berusia panjang dan sehat. Ternyata tidak selalu usia panjang tersebut hanya bisa dicapai dengan gaya hidup yang terasa menyiksa, penuh peraturan, dll. Hmm..... [caption id="attachment_82602" align="alignleft" width="300" caption="Pertemuan dwi bulanan KOWAS utk sharing"][/caption] Tulisan ini terinspirasi dari kegiatan saya dalam suatu kelompok orang tua yang tergabung dalam Komunitas Warga Senior (KOWAS). Banyak para anggota -dari perkumpulan yang memiliki pertemuan 2 bulanan ini- berusia di atas 70 tahun. Mereka pun tetap aktif berkumpul dan membagi hal-hal yang bermanfaat sesuai dengan usia mereka. Bahkan tidak hanya pertemuan fisik semata yang dilakukan, anggota KOWAS aktif juga berdiskusi via mailinglist / internet dan BBm Group. Kira-kira apa resepnya? Rasa penasaran yang terus menggantung selama ini, pelan terungkap setelah saya menyaksikan tayangan BBC Knowledge yang berjudul "How to Live to 101". Film yang dibuat berdasarkan riset Dr Bradley Willcox tersebut, diawali dengan kisah seorang dokter bedah jantung 92 tahun yang masih aktif  mengoperasi pasien-pasiennya . Selanjutnya kita dibawa ke suatu desa yang sangat terkenal di Jepang, Okinawa. Penduduk di sana, terkenal panjang usia (rata-rata berusia sekitar 100 tahun/centenerian) karena hidup di lingkungan yang bebas polusi, konsumsi makanan yang sehat (healthy life style) dengan pola Calorie Restriction Adequate Nutrition / CRAN. Menariknya, masih dalam film tersebut tayangan kemudian dialihkan ke tempat yang sama-sama memiliki kelompok berusia lanjut yang mempunyai pola hidup yang berbeda bahkan bisa disebut sangat bertolak belakang. Para lansianers di Ovodda - Sardinia hidupnya sering berpesta pora, makan daging (kambing bakar), keju, minum bir, dll. Dalam satu wawancara dengan warga yang senang berpesta tersebut, mereka mengatakan, biarlah kambing (yang jadi salah satu menu saat berpesta) yang menjadi vegetarian. Bisa dilihat bahwa selain genetik dan pola makan (CRAN) ada hal lain yang bisa mempengaruhi hidup panjang (dan sehat) seseorang. Inilah fakta menarik yang telah diselidiki oleh seorang dokter ahli epidemiologi Michael Marmot. Dalam bukunya yang berjudul "The Status Syndrome: How Social Standing Affets Our Health and Longevity" dokter kelahiran London Inggris tersebut membahas mengenai penelitiannya terhadap orang-orang yang terkenal (tidak hanya artis, tapi dari pelbagai profesi). Sebut saja, pengelana dari Inggris Robert Scott yang meskipun berhasil mencapai Kutub Selatan namun tewas di dalam perjalanan kembalinya. Alhasil menurut dr Michael, sang pengelana tersebut meninggal karena kecewa akibat dikalahkan oleh Roald Amundsen dari Norwegia yang telah sampai lebih dahulu ke Kutub Selatan. Kesimpulannya, orang yang hatinya terluka (umumnya terjadi para orang tua yang merasa diabaikan oleh anak-anak/lingkungannya) menjadi rentan terhadap hal yang bisa mempengaruhi kesehatan seseorang. Hal lain yang bisa memperpanjang hidup yang berkualitas Dengan sering kumpul-kumpul tersebut, setidaknya (seperti yang dilakukan di KOWAS), para anggota memiliki kesempatan untuk saling membagi pengalaman / sharing dan bisa bermanfaat satu dengan yang lainnya, bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya dan yang cukup penting ialah bisa memiliki akses / networking dengan sarana pelayanan kesehatan termasuk dengan para dokter pemerhati para orang tua (lansia). Hal terakhir ini cukup penting, karena meskipun seseorang memiliki dana yang cukup untuk mengobati penyakitnya, namun pada saat emergensi, orang tersebut (maupun pihak keluarganya) mempunyai kendala mengakses fasilitas pelayanan kesehatan termasuk informasi kesehatan, tentu akan berbeda hasilnya dengan mereka yang sudah memiliki akses tersebut. Bagaimana pendapat Anda? [caption id="attachment_82603" align="aligncenter" width="300" caption="Pemeriksaan Kesehatan 700 lansia"]

1293959854877869964
1293959854877869964
[/caption]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun