Dunia merupakan tempat yang dinamis. Artinya, dunia selalu menuntut perubahan, baik dalam segala aspek kehidupan. Tentunya perubahan ini memberikan dampak yang besar terutama dalam proses formatio calon imam dalam Gereja katolik.Â
Dalam Konsili Vatikan ke-2, Gereja juga menyampaikan pentingnya pembinaan calon imam di era globalisasi ini dalam dekrit Optatam Totius.Â
Tujuan dari Gereja menyampaikan dekrit ini untuk membaharui dan memperbaiki sistem pendidikan bagi calon imam agar lebih sesuai dengan tuntutan zaman, sekaligus tetap setia pada ajaran Gereja.
 Namun era globalisasi memberikan dampak yang positif dan negatif. Tak jarang, era globalisasi malah menciptakan tantangan baru bagi para calon imam.
Seminaris di zaman sekarang menghadapi tantangan yang lebih rumit, mengapa demikian karena banyak sekali persoalan dan masalah yang bahkan telah saya alami sendiri. Banyak sekali hal yang diberikan melalui media sosial seperti Tik-Tok, Instagram, YouTube, yang memberikan gambaran dunia luar yang begitu menarik dan bebas.Â
Jika dibandingkan dengan kehidupan para seminaris yang dituntut dalam aspek rohaninya, dan juga kehidupannya yang terlihat sangat membosankan dalam kehidupan kesehariannya, dan kurang menjalani kehidupan di luar, yang membuat seminaris membanding-bandingkan cara hidup di seminari dan hidup di luar seminari.Â
Sebagai seminaris sering kali banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul dan diberikan kepada saya mengenai beberapa hal seperti, kenapa kamu mau jadi romo?Â
Kenapa kamu tidak mau menikah? bahkan ada wanita yang cantik yang tertarik dengan diri saya, ataupun yang juga  dialami seminaris lainnya, atau bahkan, orangtua menyuruh untuk meneruskan dan menawarkan pekerjaan yang bagus untuk saya, sehingga membuat iman sangat-sangat tergoyahkan.Â
Saya sangat yakin hampir dari seluruh seminaris pernah mendapatkan hal-hal ataupun pertanyaan yang sama dengan saya, saya berani mengatakan ini karena ini juga menjadi tantangan terberat, karena saya melihat sendiri banyak kakak kelas ataupun alumni seminaris yang keluar akibat persoalan mengenai kenikmatan peribadi di luar sana.
Tentu saja tantangan seminaris di era globalisasi sekarang ini sangatlah nyata, dimana para seminaris harus menghadapi segala tantangan yang tentunya tidaklah ringan atau mudah. Para Seminaris harus mampu menghadapi segala pertanyaan dan perkembangan era globalisasi saat ini.Â
Hal yang penting adalah para seminaris harus menjaga identitas iman di tengah keberagaman, dan harus menyeimbangkan pembinaan iman dan intelektual.Â
Di samping itu, para seminaris juga perlu mempersiapkan diri untuk pelayanan pastoral dalam masyarakat yang semakin kompleks, dan mempertahankan semangat kebersamaan dalam kehidupan komunitas.Â
Meski tantangannya berat, globalisasi juga menawarkan peluang bagi seminaris untuk memperkaya kehidupan rohani dan pastoral mereka, asalkan para seminaris tetap teguh dalam iman dan bijaksana dalam menanggapi perubahan zaman, dan juga selalu mengingat bahwa sebagai seminaris bukanlah perkara untuk mengejar harta ataupun kekayaan melainkan sebagaimana motivasi kita untuk melayani Tuhan, dan itu menjadikan panggilan itu sendiri sebagai anugerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H