Mohon tunggu...
M ERIK IBRAHIM
M ERIK IBRAHIM Mohon Tunggu... Mahasiswa - 🌼🕊🐇Terbentur---TerBENTUR---TERBENTUK🌼🐇🕊
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

🌼🕊Terimakasih atas dukungan dan komment positif membangunnya. Salam kompasianer 🙏🌼🕊🐇

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Adab Berteman dengan Seorang Brokenhome, Hindari Pertanyaan Sensitif!

20 Maret 2023   19:09 Diperbarui: 20 Maret 2023   19:19 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: seseorang anak brokenhome. | Dok. Unair News Via news.unair.ac.id

Sejumlah orang pasti mempunyai teman tidak hanya setara dari segi umur saja, akan tetapi juga setara secara materi, mental, fisik dan lain sebagainya. 

Namun apa jadinya jika kita mempunyai teman, akan tetapi dengan situasi kondisi yang berbeda. Misalnya orang nya serba kekurangan, orang tua tidak utuh lagi dan lain sebagainya. 

Tidak kemungkinan jika kita akan berpikir berulang kali untuk membagikan kebahagiaan pribadi ke anak yang broken home tersebut.

Sebagai seseorang yang beradab dan tidak antipati dan tidak hanya memikirkan diri sendiri, maka perlu menghindari pertanyaan sensitif yang mengandung kesedihan maupun luka kepedihan yang ia tutupi. 

Apakah pertanyaan tersebut. Mari kita bedah satu-persatu dari segala aspeknya. 

Sudah berapa lama orang tuamu berpisah, sesakit apa sih rasanya? 

Menurut ku ini adalah suatu hal yang sensitif untuk ditanyakan. Karena pertanyaan tersebut secara tak langsung menceritakan dan mengingat kronologi pahit tersebut. 

Selain itu, dirinya pasti akan terguncang psikologis nya yang bisa membuatnya berpotensi menyendiri dan menjauh dari orang-orang

Ini video dan support dari orang tuaku, kalau kamu mana, aku ingin lihat dong? 

Apakah pernah dilayangkan pertanyaan diatas , bagaimana rasanya. Pasti pedih dan perih. 

Disatu sisi temannya bahagia dengan segala kehidupan dan support yang utuh. Disisi lain harus menahan air mata agar tidak jatuh. 

****

Dua pertanyaan diatas tadi memang sedikit sensitif, jadi alangkah baiknya jika kita mengurungkan menanyakan hal tersebut. 

Terkadang dengan kita membandingkan kehidupan orang lain dengan kita tanpa memikirkan kondisi dan situasi disekitar kita, itu bisa menjadi hal yang memilukan bagi anak brokenhome tersebut. 

***

Ini pernah terjadi suatu ketika saya berteman dengan seorang anak broken home. Dengan latar belakang keluarga yang berbeda. 

Sehingga tak bisa dipungkiri saya saat itu memilah-milah apa yang layak dibagikan kepadanya dan tidak. 

Pernah mendengar sebuah perkataan bahwa

" Jangan kau bicara tentang orang tua dengan dia yang orangtuanya tidak utuh "

"Janganlah berbicara tentang nikmat nya makanan yang rasakan dengan temanmu yang makan seadanya "

" Jangan bercerita kebahagiaan mu dikala teman mu sedang dirundung duka".

Saya rasa menempatkan sesuatu pada tempatnya itu memang suatu keharusan. Bukan karena keinginan. 

---

Demikian dan salam literasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun