Sebuah kenangan terbesit dalam setiap kedipan mata . Darah daging ini sudah disusui olehnya Ibu dengan ASI yang kurang lebih selama 2 tahun lamanya . Sudah pasti hati ini tergembok kuat dengan butiran kasih sayang Ibu . Ibu / Ummi ( saya sebut panggilan sehari-harinya ) . Sebelas tahun lamanya, Ummi sudah meninggalkan dunia ini. Tapi ikatan batin yang begitu kuat sungguh bersemayam lama di titik terdalam .Senyum manisnya yang selalu memberikanku semangat . Ummi yang amat kusayang dan selalu menjadi motivatorku hingga kini . Karena hati ini meyakini , bahwa walau jasad telah dikebumikan , Ummi masih ada di dalam hati dan doa saya .Setiap kali merindukannya , sering kali pula Ummi datang dalam mimpiku . Menangis hal yang lumrah untuk seorang anak yang sudah lama ditinggalkan oleh ibunya . Namun di setiap doa-doaku adalah cara bagaimana kita bisa berkomunikasi dengannya secara spiritual .Â
Selama Ummi masih hidup , Ummi sangat dekat dengan saya anak ragil ( anak ke empat dari 4 bersaudara ). Mungkin umur yang terpaut jauh dengan kakak-kakaku yang berselisih umur sekitar 10 tahunan, membuat hubungan aku dan ibuku sangatlah dekat . Abi ( panggilan saya ke bapak ) , juga telah meninggalkan dunia ini lebih dulu sekitar 5 tahun silam sebelum Ibu meninggal . Mereka berdualah orang yang sangat special bagiku . Kasih sayang dan pengorbanan yang sungguh luar biasa , mereka lakukan demi anak-anaknya . Orang tuaku bukanlah berasal dari keluarga yang berpunya/ kaya raya , sebut saja sederhana dan alhamdulillah cukup , dengan rumah yang biasa dan penghasilan orang tua yang harus banting tulang untuk mencukupi kebutuhan 4 anaknya .Â
Ibuku seorang buruh cuci , jual soto  juga lauk-pauk di kampung . Abi seorang pedagang kacang rebus dan jagung keliling ,sesekali juga jualan wedang ronde . Abi [pagilan ke bapak saya sehari-hari ) menjajakan dagangannya yang harus berjalan / mendorong gerobak hingga 7 km dari rumah . Tapi semua itu kami syukuri , justru dari hal sederhanalah kami banyak belajar .Ibuku terutama yang selalu tegar , kuat, sabar dengan keadaan . Ibu menjalaninya dengan sepenuh hati  tanpa mengeluh sedikitpun . Rasa lelah yang mungkin dirasakan , peluh keringat setiap harinya akan terobati jika anak-anaknya biasa bahagia tidak kurang sesuatupun . Hingga pendidikan anak dinomersatukan olehnya , bagaimanapun Ibu selalu mengutamakan pendidikan anak . " Le , koe sek penting koe sekolah . Rasah miker , kahanan ibu bapakmu , koe sholeh , pinter  , ibu wes  senang . Koe sekolah sek bener yo! " ( jawa : nak , kamu yang terpenting sekolah . Tidak usah ikut berfikir tentang keadaan keluarga . Kamu jadi anak sholeh dan pintar , sudah membuat ibu senang . Kamu sekolahnya yang benar ya ! ". Begitulah sering kali saya dengar nasihat dari ibu saya , dia sangat mempedulikan anak-anaknya .Â
Saya sendiri anak ragil yang notabene orang bilang sering dimanja . Lain dengan perlakuan ibu kepadaku . Saya tidak pernah dimanja , dibelikan ini itu , ketika merengek harus beli sesuatu . Sekali lagi bukan . Saya lahir di keluarga yang penuh dengan pembelajaran . Ibu mengajarkan aku tentang bagaimana kita bisa mengenal , belajar , suka -duka tentang kehidupan . Sering kali ibuku mengajakku belanja sembari bercerita tentang kehidupan jaman dahulu ( biasanya tentang masa gadis dan usia muda ibu). Dahulu belum punya motor , jadi hanya berjalan kaki yang jaraknya sekitar 3 kilometeran dari rumah , asyiknya kita lewati rumah-rumah penduduk yang masih khas dengan bangunan tua ( Kotagede , Yogyakarta )  . Ibu juga mengajakku untuk ikut berjualan, saya sering kali membantu ibu mencuci piring-piring kotor , meracik sayuran , bumbu-bumbu dan membantu ibu memasak juga . Semua perlakuan itu , membuat saya terdidik menjadi anak yang mengerti akan nilai perjuangan hidup . Semua pekerjaan itu mulia dan jangan sampai kita merendahkan pekerjaan orang lain . Kita hidup rak mung mampir ngombe ( hanya sementara ) , jadi kitapun wajib menjadi manusia yang selalu eling marang gusti ( dengan tuhan YME ).Â
Ibuku , sosok perempuan yang taat beribadah . Salah satu motivasi untukku selama ini yaitu melaksanakan sholat tahajud dan sholat dhuha . Disana salah waktu-waktu terdekat kita dengan sang Penguasa Jagad Raya , Alloh swt . Doa dan sholat , dua cara kita bercengkrama dengan tuhan kita , mengadu nasib , mengharapkan ketenangan , kecukupan rejeki dan tempat pengakuan salah dan dosa . Hingga kini, sikap sholehah ibuku itulah yang membuat aku selalu ingat dimana kita berasal . Salah satu mimpi yang tidak sampai terwujud selama ibuku masih ada adalah ibuku melihat aku berumah tangga. Tapi tidak ada yang tahu tentang rahasia Alloh swt , tahun 2017 lalu saya menikah , 8 tahun setelah ibuku meninggal . Menjadi seorang anak yatim piatu pun tidak mudah menerimanya . Awalnya , sungguh berat diumurku yang masih belia , belum mempunyai pekerjaan dan hidup yang masih blank ( entah mau dimana hidup ini tanpa adanya kedua orang tuaku disampingku ?) .Â
Tapi Ibu satu-satunya motivasiku untuk  bangkit kembali . Ibu yang mengajarkan pahit-manisnya kehidupan . Ibu pula yang mengajarkanku tentang sebuah arti perjuangan . Kalaupun saya jatuh , jangan lupa akan bangkit dan berjuang . Ummi dan Abilah semangatku , hingga pondasi jiwa yang runtuh itu kini bangkit kembali , tegar dan kuat . Sebagaimana mereka yang tangguh menghadapi setiap perjalanan hidup . Disini saya kirimkan pesan kerinduan melalui puisi untuk ibu .Â
Rindu IbuÂ
Lembaran-lembaran kenangan terbuka hingga silam kelam hilangÂ
berubah putih murniÂ
Rindu yang terpati untukmu ibu , dalam setiap doa-doa di setiap jemari menengadahÂ