Mohon tunggu...
MUHAMMAD ERIK NURHIDAYAT
MUHAMMAD ERIK NURHIDAYAT Mohon Tunggu... Administrasi - Penimba Ilmu

mahasiswa jurnalistik di AKY (Akademi Komunikasi Yogyakarta) Penggemar dunia fotografi, tulis-menulis dan berbagai hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Badai Cinta Sang Mantan

23 Februari 2017   12:37 Diperbarui: 23 Februari 2017   12:43 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Aatos Beck - WordPress.com

“Atikah , maafkan aku . Akupun harus pergi meninggalkanmu dan silakan kamu jangan menungguku. Karena akupun tidak tahu aku akan kembali atau tidak . Dan mungkin aku pun harus menjalani kehidupanku yang baru disana “, ucap Jaka pada Atikah pada waktu perpisahan .

Tak tahan air mata ini aku bendung . Suka duka sudah aku jalani dengan dia …

Segala cinta , perasaan sudah aku curahkan dan hanya berakhir dngan perkataan itu?

Bagai badai angin di siang bolong menghantam begitu saja tanpa peringai, akupun lemas tak berdaya.

Atikah pulang dengan sempoyongan . Tak tahan akan ucapan yang mencuat padanya langsung dari seorang kekasih yang dicintainya tanpa sebab yang jelas.

Pulang dengan kehancuran . Dan waktu terisi dengan keheningan , kesepian dan tak mampu untuk bisa tertawa lepas ataupun merajut tali bahagia di setiap jejak langkahnya .

Jaka dengan kesibukannya dan  Atikah dengan kesepiannya . .

Suatu ketika Atikah diajak saudara pergi ke panti asuhan dan duduk termenung . Waktu perpisahan nya dengan Jaka sudah berlangsung selama 1 tahun . Tapi luka di hatinya belum sembuh dan meninggalkan perih di kulit ari. Begitu dia duduk dan sedikit meluruskan lamunan . Ada seorang lelaki tinggi dan paras lumayan mendekatinya dan bersapa .

“Assalamualaikum, Atikah ?”, sapa lelaki itu . Yang Atikah pun membalas sapa , bingung , sepastinya Atikah belum pernah bertemu dengan orang itu .

“Walaikum salam , kakak siapa dan bisa kenal nama saya dari siapa ?” , balas dari Atikah sembari dengan wajah penuh bertanya .

“Maaf dek  Atikah , kenalkan saya salah satu pengasuh panti ini dan ikut mengajar anak-anak panti disini . Dan maaf sebelumnya saya dikenalkan oleh saudara dek Atikah di dalam . Dan ingin mengajak dek Atikah untuk masuk ke panti karena acara sudah mau dimulai . Apalagi cuma berdua kan ? gak baik kalau dek Atikah duduk di bawah pohon gini sendirian, dan melamun . Mending ikut bergabung . yok … . !”, seru lelaki itu dengan nasehat yang keluar dari bibir sosok yang kelihatan nya dewasa dan mengayomi  . Tersebut nama dari lelaki itu , Umar Khoirudin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun