“Atikah , maafkan aku . Akupun harus pergi meninggalkanmu dan silakan kamu jangan menungguku. Karena akupun tidak tahu aku akan kembali atau tidak . Dan mungkin aku pun harus menjalani kehidupanku yang baru disana “, ucap Jaka pada Atikah pada waktu perpisahan .
Tak tahan air mata ini aku bendung . Suka duka sudah aku jalani dengan dia …
Segala cinta , perasaan sudah aku curahkan dan hanya berakhir dngan perkataan itu?
Bagai badai angin di siang bolong menghantam begitu saja tanpa peringai, akupun lemas tak berdaya.
Atikah pulang dengan sempoyongan . Tak tahan akan ucapan yang mencuat padanya langsung dari seorang kekasih yang dicintainya tanpa sebab yang jelas.
Pulang dengan kehancuran . Dan waktu terisi dengan keheningan , kesepian dan tak mampu untuk bisa tertawa lepas ataupun merajut tali bahagia di setiap jejak langkahnya .
Jaka dengan kesibukannya dan Atikah dengan kesepiannya . .
Suatu ketika Atikah diajak saudara pergi ke panti asuhan dan duduk termenung . Waktu perpisahan nya dengan Jaka sudah berlangsung selama 1 tahun . Tapi luka di hatinya belum sembuh dan meninggalkan perih di kulit ari. Begitu dia duduk dan sedikit meluruskan lamunan . Ada seorang lelaki tinggi dan paras lumayan mendekatinya dan bersapa .
“Assalamualaikum, Atikah ?”, sapa lelaki itu . Yang Atikah pun membalas sapa , bingung , sepastinya Atikah belum pernah bertemu dengan orang itu .
“Walaikum salam , kakak siapa dan bisa kenal nama saya dari siapa ?” , balas dari Atikah sembari dengan wajah penuh bertanya .
“Maaf dek Atikah , kenalkan saya salah satu pengasuh panti ini dan ikut mengajar anak-anak panti disini . Dan maaf sebelumnya saya dikenalkan oleh saudara dek Atikah di dalam . Dan ingin mengajak dek Atikah untuk masuk ke panti karena acara sudah mau dimulai . Apalagi cuma berdua kan ? gak baik kalau dek Atikah duduk di bawah pohon gini sendirian, dan melamun . Mending ikut bergabung . yok … . !”, seru lelaki itu dengan nasehat yang keluar dari bibir sosok yang kelihatan nya dewasa dan mengayomi . Tersebut nama dari lelaki itu , Umar Khoirudin.