Mohon tunggu...
erika selvianti
erika selvianti Mohon Tunggu... -

Saya baru saja lulus dari sebuah Sekolah Menengah Atas di Tangerang. Saya sangat mencintai Bahasa Indonesia dan juga sangat suka dengan koran dan berita. Saya bercita-cita ingin menjadi seorang jurnalis yang bisa tahu banyak tentang seluk beluk bahkan akar masalah yang ada di negeri saya ini, karena saya prihatin sekali dengan keadaan negeri ini, dan dimana pula banyak anak seumuran saya yang masih kurang akan nasionalismenya. Mungkin cukup itu yang bisa saya deskripsikan. Oh ya, saya ini seorang yang sangat menghargai seorang yang militan seperti Ir. Soekarno dan Mahatma Ghandi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Letih Mengendarai Malam

27 Mei 2010   08:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:55 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

aku berpetualang mengendarai malam
dimana kurekat binar matamu di genggaman tangan
ku mengintai semua tentang kamu
hanya bicara tentang aku kamu
ruhku nelangsa bertelanjangkan kekosongan
penat dalam kesetiaan yang selalu terpasang
mengutuk apa yang menjadi penantian
melarikan diri atas kalah rasa sendiri
aku mengendarai malam kali ini, hanya maksud memberitahumu tentang luka hati
dimana kesabaran ku taruhkan atas rasa ini
dimana hari-hari ku buang percuma
kini sampai aku pada puncak malam dimana aku kehilangan
ruhku nelangsa bertelanjangkan kekosongan
aku tak dapat apa-apa dalam petualangan ini
tidak juga dapat bicara tentang aku dan kamu
tidak juga dapat merekat erat binar matamu
tidak juga dapat kepastian akan apa yang aku tunggu
aku berpetualang mengendarai malam
berangankan pelabuhan rasa bagai singgasana
namun yang ada ruhku nelangsa bertelanjangkan kekosongan
bekalku habis di tengah jalan
jiwa juga serasa dipenggal
ruhku nelangsa bertelanjangkan kekosongan
aku letih berpetualang mengendarai malam dimana hanya ada kehilangan yang pedih
dimana hanya ada kegetiran bersembunyikan luka
ruhku masih nelangsa bertelanjangkan kekosongan
aku tak hentinya mengendarai malam
tak juga letih meski malam makin larut dan menjauh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun