Mohon tunggu...
Erika Leonita
Erika Leonita Mohon Tunggu... -

storyteller

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Memoir Tanpa Judul

19 Juli 2013   19:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:19 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebuah awal yang baru, setelah 2 hari memutuskan menutup buku tentang semuanya. Kini, tampaknya rasa berat itu selalu datang namun ada kelegaan sesaat. Hidup selalu menjadi sebuah proses pembelajaran melalui serangkaian masalah dan problematik yang kompleks. Kapan kiranya orang-orang diluar sana paham akan hal ini, sibuk saja mengatur kehidupan masalah rumah tangga orang lain. Penyakit yang banyak ditimbulkan lebih kepada penyakit mental yang menjadi bulan bulanan, didera setiap pribadi, makhluk tanpa dosa yang sangat patuh akan kehidupan sosial. Akan tetapi kejahatan yang abadi tetap berada dalam otak para pengendara pikiran, mengarungi samudera raya berpencaran sebuah darah baru menggeliat menyusuri ruang hitam kelam.


Tuhan tau, mengapa kita semua harus terjaga melawan kejahatan yang lebih daripada sekedar korupsi, pembunuhan, kebejatan, tindakan asusila, masih ada yang lebih gila yaitu tindakan pembunuhan mental. pengertian akan sebuah kehidupan yang niscaya membangun sebuah konseptual baru di alam yang penuh dengan tanda tanya. Mental ini diacak, diayak, hampir musnah dengan cara penyiksaan pelan-pelan, mati perlahan-lahan seperti pembunuhan di malam sepi dan sunyi. Tidak pernah berharap lebih akan bagaimana kelanjutan hidup ini, namun justru hidup ini yang mengajak untuk berlanjut ke step yang lebih dalam. Dimana riak riak keputusasaan mulai terbentuk menjadi sebuah pondasi kuat untuk musnah ke dalam api yang kelam.

Hilang penat, timbul tenggelam sebuah harga diri, bagai ruang kosong, yang tidak berpenghuni, dan harus tinggal didalamnya selama bertahun tahun. Bayangkan gilanya, tanpa seorang pun teman yang dapat diajak bicara, bertukar pikiran, dan kehilangan konsep sebagai manusia normal. Define normal please? Apakah hidup ini sudah tergolong normal atau abnormal, bias sekali, maka dengan ini, melawan batas aturan penulisan baku, melewati metafora, pengandaian, penafsiran, pembelajaran akan sebuah kehidupan
Maka dari semua tulisan ini hanyalah sebuah bagian dari ceritera yang seperti tidak ada awal dan akhir maupun tujuan, seperti sebuah memoir tanpa judul, mungkin dapat dipahami atau bahkan tidak ada makna apapun, karena seperti itulah hidup, tanpa batasan, dan bebas untuk mengambil segala keputusan, apapun bentuknya, wujudnya, inilah bagian dari sebuah buku yang ditulis dari hati yang paling dalam.
-erikleon sang pemula
www.erikaleonita.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun