Kelasnya terkenal dengan anak yang susah diatur,hobi bermasalah dengan guru,dan lain-lain dengan banyak negatifnya. Padahal banyak anak di kelas Dena adalah anak yang pintar dan solidaritas tinggi. Pernah waktu itu satu kelas disibukkan dengan penentuan tanggal ulangan harian sampai satu kelas saling ribut dengan penentuan ulangan harian itu,akhirnya guru sejarah itu meniadakan ulangan tersebut.Â
Tidak hanya itu,disuatu siang yang terik bel berbunyi menunjukkan tepat pelajaran Pak Egi,dia adalah guru mata pelajaran Fisika. Kelas Dena sering kali bermasalah dengan guru tersebut. 10 menit kelas Dena menunggu,akhirnya Pak Egi datang.
"tok,tok,tok" suara telapak kaki dengan sepatu terdengar dari kejauhan.
Bimo teman kelas Dena yang jahil dan beberapa anak memandu ingin menjahili Pak Egi.
"Eh,kita kerjain balik saja Pak Egi itu. Waktu itu kita telat masuk kelas kita gak dibolehin masuk sama dia." ucap Bimo mengompori teman-temannya.
"Nah iya tuh setuju banget" sorak ria teman-teman kelas menjawab rencana Bimo.
Akhirnya mereka berencana menempelkan kertas bertuliskan "tidak ada pintu terbuka,untuk yang terlambat". Setelah ditempel mereka semua masuk ke kelas dengan menutup pintu rapat-rapat.
Terdengar dekat pak Egi membuka pintu.
"tttttrrrrreeetttt" pintu terbuka.
"Maksud kalian apa nempel-nempel kertas bertuliskan seperti ini? kalian ini tidak tahu sopan santun ya!" dengan nada sangat marah.
"Maaf Pak saya dan teman-teman tidak bermaksud tidak sopan kepada Bapak,kami hanya bercanda pak" Agus sebagai ketua kelas menjelaskan agar keadaan kelas kembali dingin.