Mohon tunggu...
Erika Az Zahra Nurcahyani
Erika Az Zahra Nurcahyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis merupakan suatu santapan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Asal Usul dan Mitos yang Menyelimuti Padukuhan Toino, Yogyakarta

9 Mei 2024   22:00 Diperbarui: 9 Mei 2024   22:09 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumen pribadi

Di Padukuhan Toino, Kelurahan Pandowoharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat sendang yang namanya juga mirip dengan nama padukuhannya, yaitu Sendang Toh Ino. Sendang ini kurang lebih berjarak 100 meter dari Sungai Denggung, Sleman.

Jalan yang ditempuh untuk sampai ke Padukuhan Toino tidaklah susah. Namun, ketika telah sampai di padukuhan, kita perlu menitipkan motor dan berjalan kaki untuk mencapai sendang. Akses untuk menuju sendang sulit, jalannya masih dari tanah yang penuh semak-semak, licin, dan curam, terlebih jika berminat untuk melihat mata air dari sendang, maka harus melewati licinya bebatuan dan derasnya air.

Setelah mendengar cerita dari warga setempat dan melakukan wawancara dengan Prana Sakti Yogaswara selaku kepala dukuh, ternyata Sendang Toh Ino ini memiliki cerita rakyat yang cukup populer di kalangan masyarakat setempat.

Pada zaman dahulu, dikisahkan ada seorang dewi bernama Toh Ino yang memiliki toh atau tompel di badannya sehingga dianggap buruk rupa, sering dihina, dan sulit mendapatkan jodoh. Ia pun kerap dianggap sebagai kutukan atau pembawa sial oleh masyarakat sekitar.

Suatu ketika, Dewi Toh Ino mandi di salah satu sendang sumber mata air yang berada di wilayah padukuhan. Ia merasakan adanya perubahan dalam dirinya meskipun baru pertama kali mandi di sendang itu. Akhirnya, Dewi Toh Ino mencoba mandi kembali di sendang tersebut, usaha dan kesabaran yang dilakukannya pun membuahkan hasil. Toh atau tompel yang ada pada diri Dewi Toh Ino hilang dan bersih. Ia menjadi cantik dan disukai banyak lelaki.

Dewi Toh Ino juga diketahui memiliki pengawal seekor belut putih sakti. Dahulu sering terdengar berita jika ada pasukan yang tertangkap penjajah kemudian tiba-tiba hilang setelah diberi minum, hal ini dipercaya akibat ilmu dari kanuragan belut putih. Dari situlah muncul ajian belut putih yang dipercaya menjadi kanuragan dari pasukan Yogyakarta.

Sendang Toino sendiri hingga kini masih menyimpan misteri. Pasalnya, warga percaya bahwa ada goa yang menghubungkan Padukuhan Toino dengan Padukuhan Brayut. Goa ini juga diyakini sebagai lokasi bersembunyinya pasukan perang walet putih Pangeran Diponegoro sekaligus sebagai aliran suplai air bagi mereka. Goa ini masih ada hingga sekarang, namun telah ditutup. Sehingga masyarakat tidak tahu pasti apa sebenarnya yang ada di dalam goa tersebut, karena kata sesepuh mereka terdapat patung dalam goa ini.

Dari kisah inilah orang-orang memberi nama padukuhan ini 'Toino'. Berasal dari kata 'Toh' yang berarti tompel dan 'Ino' yang mempunyai makna dihina. Maka dari itu, penamaan Toino tidak lepas dari cerita dan mitos Dewi Toh Ino yang berkembang di masyarakat.

Cerita ini diwariskan dari generasi ke generasi. Masyarakat setempat terus menjaga dan melestarikannya sebagai pengingat agar tidak lupa dari mana mereka berasal. Hingga kini, Sendang Toino masih terus mengeluarkan air dan dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai sumber air bersih. Salah satu aliran sumber air juga masih digunakan warga untuk mandi dan bahkan dipercaya membawa khasiat enteng jodoh.

Sumber: dokumen pribadi
Sumber: dokumen pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun