Mohon tunggu...
erika avalokita
erika avalokita Mohon Tunggu... Freelancer - ibu rumah tangga

suka nulis dan silat

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

AHY Calon Tunggal Partai Demokrat?

6 Maret 2018   22:36 Diperbarui: 6 Maret 2018   23:06 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang bisa kita dapatkan dari 'mengantarkan surat undangan Rapimnas' partai Demokrat ke Istana Merdeka beberapa hari lalu. Tak main-main,Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sendiri mengantarkan surat itu  dan bertemu dengan Presiden Indonesia, Joko Widodo.

Para pengamat dan banyak media kemudian menilai bahwa langkah itu adalah upaya dari Partai Demokrat untuk menyatakan ingin bergabung dalam koalisi partai pendukung Jokowi dalam Pilpres tahun depan. Ini seperti sinyal terang benderang karena selain AHY, Grace Natalie dan beberapa pengurus PSI dan Harry Tanoe dari Perindo juga 'sowan' ke Istana.

Yang menarik, selain mengantarkan undangan ke Jokwi, AHY juga mengantarkan undangan ke ketua partai Golkar dalam hal ini, Airlangga Hartarto. Meski sudah pecah beberapa kali dan didera berbagai masalah, Golkar bukan partai sembarangan. Partai ini punya loyalis dan pandai memainkan bidak dengan cantik.

Tak salah jika Jokowi mungkin terlihat lebih merasa nyaman  dengan Golkar dibanding dengan PDIP. Sinyal ini diperlihatkan ketika rentetan peristiwa pergantian ketua partai Golkar Setya Novanto ke Airlangga Hartarto yang menjabat sebagai Menteri. 

Kedua, terpilihnya Idrus Marham untuk menggantikan Khofifah Indar Parawangsa yang mengadu nasib sebagai Gubernur Jatim. Jokowi tidak meminta Airlangga untuk mundur sebegai menteri. Kedua, Golkar lebih dipilih dibanding PKB dan PDIP untuk konteks Mensos. Itu semua memang hak preogratif Jokowi sebagai presiden.

Kembali ke sowan sawin AHY.

Kita melihat Partai Demokrat dalam setahun ini memainkan bidak catur dengan cemerlang. Jika orang melecehkan founder Partai Demokrat yang juga mantan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhyono (SBY), ketika menyuruh anak sulungnya berhenti dari militer dan maju ke Pilkada DKI adalah langkah yang terlalu berani, kini mungkin banyak orang akhirnya bisa membaca maksud SBY dari semuanya itu.

Pilkada Jakarta terbukti membawa  popularitas AHY meroket nyaris sempurna. Hanya perlu setahun untuk bisa seperti itu.

Sehingga, jika dalam Rapimnas nanti SBY akan 'menjual' AHY sebagai calon tunggal  dari partai Demokrat untuk kontestasi itu, janganlah kita heran. Berharap koalisi meminangnya. Itu adalah ke-pede-an sekaligus langkah ambisius SBY untuk meroketkan anaknya lagi.

Mungkin SBY akan mengajukan anaknya dipinang oleh koalisi pengusung Jokowi. Atau mungkin juga jika koalisi Jokowi menolaknya, PD bisa menyeberang lagi  dan menawarkan ke koalisi sebelah. Tidak mudah bagi Jokowi untuk menerima  AHY sebagai wakilnya. Dia harus berhadapan dengan PDIP

Jangan lupa, setiap langkah, secemerlang apapun itu tidak akan lepas dari lobang yang menganga. Bolehlah popularitas AHY meroket mengalahkan senior-seniornya. Tapi SBY agak melupakan proses. SBY sendiri punya proses yang panjang untuk mendapat amanah dari rakyat untuk memimpin Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun