Mulai menyesuaikan diri dengan pola berfikir praktis. Cari gereja yang dekat-dekat aja. Duit ditaroh di dua tempat, di kantong dan dompet, biar gampang ambil ongkos angkot. Bawa botol aqua supaya gak dehidrasi. Berteman dengan banyak orang; ya Batak, Ambon, Betawi, Jawa.... semuanya. Mulai enjoy makan gado-gado, nasi uduk, bubur ayam. Intinya, sudah dapat chemistrynya.
Akhirnya saya benar-benar  bisa menyatu dengan Jakarta. Sepanjang perjalanan itu sampai sekarang, banyak hal sudah tak sama; ada yang tetap dan ada yang berubah. Tidak semua abadi. Ada yang terlupa dan saya lupakan. Ada yang tetap di benak. Ada juga yang sudah berusaha dilupakan, tapi masih nongoool aja ..hehehe.
Seperti lagu itu, ada yang tetap ada yang berubah; yang nyanyi aja sudah pisahan .. hehehe...
Jadi jika mendengar lagu Anang Krisdayanti  itu,  yang ada di kepala saya adalah trotoar dari kontrakan ke AKR, pipa-pipa galian dan deru kendaraan di Kebon Jeruk. Masih lekat di benak.
Cintaku tak akan jauh dari mu. Cintaku menyatu balut kasihmu. Cintaku cintamu tak akan pudar. Hu..hu...Untuk selamanya
Jakarta, 31 Mei 2017
#dearyou
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H