Ok, dapat dua hari ijin plus dua hari libur, jadi dapat empat hari. Yuhuu..
Sampai di Denpasar saya juga dimarah-marah sama teman-teman. Gimana sih, udah di Jakarta, bolak balik Denpasar mlulu. Hahaha. Haduuh saya sedih. Kalau inget, saya norak banget waktu itu. Tobat.
Setelah itu saya berusaha tabah di Jakarta. Dikuat-kuatin. Gak boleh sering-sering homesick. Lagi krismon dan kerjaan di Jakarta banyak (waktu itu mulai demo-demo turunin Soeharto). Jadi, tiap minggu saya ke Pasar Minggu aja, pake angkot, bus trus angkot lagi. Ketemu teman-teman.
Nah, disela-sela membangun ketabahan hati itu, video klip Cinta by Anang dan Krisdayanti itu tiap hari ditayangkan oleh beberapa televisi sekitar pk 08.00. Anang dan Krisdayanti nyanyi, nenteng gitar trus mereka muter-muter peluk-pelukan. Krisdayanti pake bando putih bunga-bunga. haha. Kayaknya shootingnya di hutan UI deh.
Diputar tiap hari sampai berbulan-bulan ! Tiap hari ! Entah kenapa, kami bertiga baru berangkat kantor setelah lagu ini kelar.
Berjalan kaki ke AKR, biasanya salah satu dari kami bersenandung lagu itu. Karena dengar tiap hari, lama-lama ya apal. “Cintaku tak akan jauh darimu”. Kami menyanyikan bergantian menyusuri trotoar, melewati pipa-pipa galian dan kendaraan yang menderu. Trus ditimpa cerita tentang tugas-tugas kantor.
Besoknya liat di teve, berangkat dan nyanyi itu lagi sepanjang jalan. Setelah bersenandung, kami ngobrol.
Saya gak bisa makan gado-gado gimana ya. Mules liatnya, seperti tumpukan sampah. saya. Ya lama-lama nanti terbiasa. Beli porsi dikit dulu, pake nasi aja. Dicoba, kata teman sekontrakan. Bla-bla..
Lantas kami bersenandung lagi. Cintaku tak akan jauh dari mu....hu..hu..
Di masa-masa itu, saya mulai tabah di Jakarta. Mulai realistis bahwa ini Jakarta, jalanan bukan bau dupa dan bunga seperti Denpasar.
Mulai ngerti kenapa banyak orang yang gak bisa naik motor (waktu itu). Mulai ngerti kenapa orang bisa tertidur di bus atau angkot (saya sendiri pernah salah naik angkot harusnya Kebon Jeruk, karena ngantuk dan tertidur, kesasar di Pasar Kebayoran Lama). Akhirnya saya harus naik ojek ke kontrakan, padahal pk 10 malam. Mulai berlajar makan yang asin-asin dan pedas, meski perut mules-mules terus. Harus melupakan jukut urab Bali yang amat saya suka (hu..hu). Rasanya, Denpasarpun jauuuuh di belakang hahaha...