Mohon tunggu...
erika avalokita
erika avalokita Mohon Tunggu... Freelancer - ibu rumah tangga

suka nulis dan silat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mempertahankan Perdamaian di Tanah Damai

4 Agustus 2016   06:57 Diperbarui: 4 Agustus 2016   07:53 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jaga Persatuan dan Kesatuan - www.siperubahan.com

Semua orang pasti menginginkan perdamaian. Semua orang pasti ingin suasanya yang tenang, nyaman, tanpa ada kekerasan. Dalam suasana yang serba kondusif, tentu akan tercipta kondisi yang rukun. Dan di Indonesia, adalah negara yang sangat menghargai kerukunan antar umat. Karena itu pula berbagai agama bisa bersandingan di Indonesia. Di negeri yang luas ini, juga hidup kelompok orang dengan banyak keyakinan. Karena pada dasarnya ribuan suku di Indonesia mempunyai budaya dan keyakinan yang berbeda-beda. Indonesia memang merupakan negeri yang damai. Tak heran jika negeri ini dulu menjadi rebutan para penjajah.

Semuanya itu telah berlalu. Sekarang kita hidup di jaman yang sudah maju, dimana perkembangan teknologi begitu pesat. Mari kita gunakan kemajuan teknologi ini, untuk tetap mempertahankan kedamaian negeri ini. Bagaimana caranya? Menyebarkan pesan damai sesering mungkin. Berbuat baik sebanyak mungkin. Seorang muslim yang baik, tidak hanya menggunakan sorban, tapi juga harus beramal dan berbuat baik. Begitu juga dengan agama yang lain, harus tetap toleran, akomodatif, dan moderat.

Saat ini, seiring dengan kemajuan jaman, seringkali perilaku sebagian orang justru merusak kedamaian dan kerukunan yang telah terjaga. Kadang-kadang sungguh tidak masuk akal. Kerusuhan di Tanjungbalai, Sumatera Utara misalnya. Hanya karena persoalan sepele, kemudian diprovokasi menjadi membesar. Kasus kekerasan yang mengatasnamakan agama, suka-suka tidak suka, memang masih terjadi di negeri ini. Sejumlah jemaat gereja, masih seringkali mendapatkan diskriminasi di sejumlah tempat. Ironisnya, diskriminasi itu, juga dirasakan oleh sesama muslim sendiri.

Konflik dan kekerasan atas nama agama harus segera disudahi. Jadilah seorang warga negara yang religius, tapi tetap berbudi pekerti. Jangan hanya berpakaian religius, tapi perilaku dan ucapannya tidak mencerminkan kebaikan. Paham radikal dan terorisme ini, seringkali juga disusupkan di lingkungan-lingkungan yang kadang tidak masuk akal. Di Depok Jawa Barat, sempat ditemukan buku bacaan anak-anak setingkat PAUD, sudah mengandung ajaran radikal. Bahkan ajakan jihad dengan cara bom bunuh diri, juga diselipkan dalam buku tersebut. Tidak hanya itu, pesantren dan kampus, juga mulai disusupi oleh oknum kelompok radikal.

Paham-paham radikal kekerasan itulah, yang berpotensi bisa menjadi tindakan terorisme. Dan tindakan terorisme ini, terbukti telah merusak kedamaian negeri kita. Kerukunan antar umat beragama yang selama ini terjalin, rusak hanya karena dipicu isu kafir dan tidak kafir. Toleransi antar umat menjadi renggang, hanya karena dipicu oleh benar dan tidak benar. Kelompok radikal beranggapan  merekalah yang paling benar. Karena itulah semua orang harus mengikuti ajarannya. Kalau ajarannya tidak mengedepankan kekerasan, mungkin tidak menjadi persoalan. Faktanya, mereka seringkali melakukan kekerasan yang mengatasnamakan agama.

Sebagai umat beragama, kita harus tetap mempertahankan perdamaian, tanpa harus mempermasalahkan perbedaan yang ada. Sadarlah, tidak ada yang sama dan tidak bisa dipaksakan untuk sama. Semua agama sama, tidak ada yang mengajarkan kekerasan. Begitu juga dalam Islam, justru mengajarkan kebaikan. Seperti yang dijelaskan dalam Al Quran, “Dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash 28:77).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun