Mohon tunggu...
Erika Adeaning Nirvananda
Erika Adeaning Nirvananda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hasil Observasi di Lembaga Pendidikan MI Madrasah Pembangunan

11 Desember 2023   19:43 Diperbarui: 11 Desember 2023   20:44 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Madrasah Pembangunan menerapkan proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan fokus pada aspek motorik, karakteristik, dan potensi kecerdasan calon peserta didik. Pada tingkat MI Pembangunan, PPDB dilaksanakan tanpa seleksi ujian tertulis, dengan syarat usia minimal 5 tahun 8 bulan, kematangan motorik, dan karakteristik tertentu. Untuk tingkat MTS dan Aliyah, terdapat tahap ujian tertulis sebagai bagian dari seleksi.

MI Pembangunan menggunakan pendekatan observasi atau diagnosis untuk mengidentifikasi kecerdasan atau potensi calon peserta didik. Anak-anak dengan kecerdasan serupa ditempatkan dalam kelas yang sama dengan guru yang memiliki kecerdasan sejenis. Pendekatan Diagnosis Assessment Multiple Intelligence (DAMI) memberikan wawasan mendalam tentang kecerdasan calon peserta didik.

Meskipun masalah yang muncul umumnya ringan dan dapat ditangani oleh guru di MI Pembangunan, lembaga ini memiliki guru BK yang bekerja sama untuk memberikan dukungan dan konsultasi kepada orang tua. Kolaborasi antara guru BK, wali kelas, dan psikolog terjadi jika diperlukan. Meskipun tidak ada ujian tertulis yang menentukan penerimaan, MI Pembangunan memiliki kuota per kelas dan membuka peluang bagi siswa yang tidak masuk dalam kuota untuk masuk ke dalam waiting list. Dengan pendekatan holistik, MI Pembangunan berusaha memberikan penerimaan tanpa diskriminasi dan memberikan perhatian khusus kepada setiap peserta didik untuk memastikan potensi mereka berkembang secara optimal di lingkungan inklusif.

9. Berapa besar pembiayaan SPP dan lainnya yang dibebankan kepada siswa?

Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) pada MI Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak ditentukan oleh unit. Artinya, besar biaya yang akan dibebankan kepada siswa terakumuluasi dari berbagai program yang diajukan oleh MI tersebut yang kemudian dibagi kesejumlah siswa yang akan diterima.
Untuk biaya SPP berkisar antara Rp 1.000.000 perbulan. Pada awal masuk MI Pembangunan akan dikenakan biaya uang pangkal sekitar Rp 20.000.000. Selain itu, pada setiap tahunnya, siswa perlu membayar uang kegiatan dengan jumlah sekitar 1-3 juta rupiah.

10. Bentuk evaluasi apa saja yang dilakukan untuk mengukur ketercapaian program pendidikan pada lembaga tersebut?

Evaluasi hasil pembelajaran di MI Pembangunan dilakukan melalui berbagai bentuk asesmen, termasuk ujian praktek, ujian tertulis, ujian lisan, dan kinerja. Untuk mengukur ketercapaian dalam program pendidikan, MI Pembangunan mengadakan Evaluasi Diri Madrasah (EDM) setiap bulan Desember atau awal Januari. Tujuan EDM adalah mengevaluasi dan menganalisis program-program yang telah berjalan serta membahas keberhasilan atau kendala yang dihadapi.
Hasil dari EDM menjadi dasar untuk menyusun Rancangan Kegiatan Madrasah (RKM) tahun berikutnya. Jika terdapat kendala atau hambatan, RKM akan dirancang untuk mengatasi masalah dari tahun sebelumnya, memastikan kelancaran program pada tahun berikutnya.

Pada bulan Agustus 2023, MI Pembangunan telah menjalani proses akreditasi dan memperoleh predikat A dengan nilai 98, yang hanya diperoleh oleh dua sekolah se-Indonesia. Empat tahun sebelumnya, MI Pembangunan mendapatkan nilai 97, menunjukkan peningkatan satu poin. Peningkatan tersebut mungkin disebabkan oleh perbaikan fasilitas, pengenalan model pembelajaran berbasis digital, dan penggunaan tablet sebagai pengganti buku cetak untuk siswa kelas 1-6. Selain itu, terjadi peningkatan dalam pembuatan media atau bahan ajar yang dibuat sendiri oleh guru dengan games interaktif, meningkatkan kualitas pembelajaran

11. Berapa banyak lulusan sekolah yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi?

Banyak lulusan sekolah memilih untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dan hampir 100% siswa memilih untuk melanjutkan studi mereka. Meskipun demikian, hanya 60% yang memilih untuk melanjutkan ke MTs Pembangunan. Alasan di balik keputusan ini adalah bahwa sebagian orang tua masih memandang penting untuk memberikan anak-anak mereka pendidikan agama yang kuat. Oleh karena itu, sebagian besar siswa memilih melanjutkan ke MTs Pembangunan, sementara 40% sisanya memilih untuk melanjutkan ke MTs Negeri, SMP Negeri, atau bahkan Pesantren. Meskipun angka tersebut menunjukkan variasi dalam pilihan pendidikan setelah lulus, presentase siswa yang memilih MTs Pembangunan ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memilih sekolah lain.

12. Siapakah di antara alumni lembaga tersebut yang telah menjadi tokoh masyarakat? Bagaimana profil tokoh tersebut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun