Teladan seperti ini juga berpengaruh pada generasi muda. Anak-anak Swedia tumbuh dengan melihat bahwa menjadi pemimpin bukan berarti hidup dalam kemewahan, melainkan melayani dengan rendah hati. Jika nilai-nilai ini bisa kita adopsi, siapa tahu? Mungkin di masa depan, kita akan melihat generasi pemimpin yang lebih peduli, lebih hemat, dan lebih terhubung dengan rakyatnya.
Sebelum kita mulai berharap para pejabat kita meniru Swedia, mari kita tanyakan pada diri sendiri: apa yang bisa kita lakukan untuk memulai perubahan? Sebagai warga negara, kita juga punya peran penting. Misalnya, dengan mendukung kebijakan yang mendorong transparansi anggaran atau dengan menjadi pemilih yang lebih kritis.
Selain itu, kita juga bisa mulai dari hal kecil. Misalnya, lebih sering menggunakan transportasi umum, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, atau berpartisipasi dalam diskusi publik tentang pengelolaan dana negara. Jika masyarakat menunjukkan komitmen terhadap gaya hidup hemat dan sederhana, para pemimpin pun tidak akan punya alasan untuk bertahan dalam gaya hidup yang boros.
Elva Johansson mungkin hanya seorang ibu yang membawa burger di stasiun kereta, tapi dia adalah simbol dari sesuatu yang lebih besar: kesederhanaan, tanggung jawab, dan dedikasi. Swedia menunjukkan bahwa negara kaya bukan berarti harus hidup mewah, melainkan hidup bijaksana.
Mungkinkah kita meniru Swedia? Tentu saja mungkin, asalkan kita semua, baik rakyat maupun pemimpin bersedia untuk berubah. Dan siapa tahu, suatu hari nanti, kita akan melihat pejabat kita antri membeli tiket kereta sambil tersenyum kepada rakyatnya. Saat itu terjadi, kita tahu bahwa kita telah melangkah ke arah yang benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H