Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Eduparenting, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel dan penggiat puisi esai di Bandung Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Maksa Diri Untuk Kuat Terus "It's Ok To Not Be Okay"

12 Januari 2025   19:48 Diperbarui: 12 Januari 2025   19:48 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : bingimage.com AI

 


Kamu pernah nggak sih ngerasa dunia ini berat banget? Seolah-olah semuanya salah, semuanya nggak sesuai harapan, dan kamu cuma pengen diam sambil nangis sekencangnya. 

Kadang kita juga terjebak dalam pikiran "Kapan semua masalah ini selesai?" Padahal masalah ini memang nggak akan pernah selesai, karena hidup ini memang perjuangan yang penuh dengan masalah, dan kita didesain untuk mengatasi semua masalah-masalah itu siap atau tidak siap.

Ketika kamu ngerasa dalam fase paling sulit di hidup kamu, tenang, kamu nggak sendirian kok! Semua orang juga pernah mengalami fase hidup seperti itu. Hidup yang bikin kamu ngerasa terjebak dalam drama penuh masalah, rasanya nggak ada jalan keluarnya, sampai bikin kamu ngerasa hopeless banget. Saat dalam kondisi kayak gitu, kamu boleh kok bilang "Aku nggak baik-baik aja, aku pengen nangis, aku nggak kuat" semua itu nggak apa-apa kok, karena hidup itu nggak harus bikin kamu selalu kuat. Kadang kamu butuh waktu untuk jeda, untuk nangis, dan untuk bilang ke diri sendiri kalau kamu memang lagi nggak baik-baik aja.

Di tengah budaya hustle yang selalu menuntut kita buat sibuk dan kelihatan sukses, jujur sama diri sendiri tentang perasaan kita sering kali jadi hal yang dilupakan. Padahal, hidup itu bukan soal terus-terusan berusaha terlihat kuat, cepat dan baik-baik saja. Kadang, kamu perlu berhenti sejenak, tarik napas panjang, dan merasakan setiap emosi yang muncul, termasuk semua rasa yang bikin kamu nggak nyaman.

Manusiawi banget kok kalau kamu kadang ngerasa sedih, marah, kecewa, atau capek. Kita bukan robot AI yang cuma punya tombol "on" dan "off". Kita punya hati, pikiran, dan tubuh yang butuh perhatian. Jadi, kalau kamu lagi nggak baik-baik aja, nggak apa-apa banget untuk memvalidasi semua perasaan itu.

Coba aja bayangin gini, kamu lagi lari marathon, tapi di tengah jalan kamu merasa sakit di kakimu. Apa kamu bakal terus lari sambil pura-pura nggak sakit, atau kamu berhenti sejenak buat istirahat? Kebanyakan dari kita mungkin lebih peduli ke luka fisik, tapi sering lupa kalau luka mental juga sama pentingnya untuk diobati. Hal itu juga termasuk nangis. Nangis bukan tanda kamu lemah, tapi tanda kamu manusia. Air mata itu kayak hujan yang bikin langit jadi lebih cerah setelahnya. Kalau kamu butuh nangis, nangislah. Biarkan semua rasa sedih, kecewa, atau marah keluar. Jangan tahan semuanya di dalam, karena itu cuma bakal bikin kamu lebih capek secara emosional.

Kita hidup di era yang sering banget glorifikasi tentang "selalu kuat". Lihat aja media sosial, kebanyakan orang cuma post tentang sisi terbaik dari hidup mereka: karir yang cemerlang, hubungan yang sempurna, atau liburan mewah. Padahal, di balik layar, semua orang pasti punya masalah mereka sendiri. Jadi, kenapa harus berpura-pura? Kamu nggak perlu jadi versi "kuat" kamu terus-terusan. Kamu boleh kok ngasih ruang buat diri sendiri jadi versi "lemah" kamu. Karena pada akhirnya, kita semua nggak bisa terus-menerus menyembunyikan rasa sakit di balik senyuman palsu.

Berpura-pura kuat cuma bakal bikin kamu makin merasa kosong. Kamu nggak perlu menipu diri sendiri atau orang lain. Kalau kamu lagi nggak baik-baik aja, bilang aja. Nggak harus ke semua orang, cukup ke orang-orang yang kamu percaya.

Kadang, kita terlalu keras sama diri sendiri. Ngerasa kalau berhenti sebentar itu artinya kita gagal. Padahal, istirahat adalah bagian penting dari proses penyembuhan. Kamu nggak harus terus-terusan lari sampai kehabisan tenaga. Beri waktu untuk dirimu sendiri buat recharge. Mungkin itu artinya ambil cuti dari pekerjaan, atau sekadar libur sejenak dari ekspektasi-ekspektasi yang nggak realistis. Mungkin itu artinya tidur lebih lama, baca buku favorit, atau habiskan waktu sama orang-orang yang bikin kamu nyaman. Yang penting, kamu memberikan ruang untuk diri sendiri bernapas di tengah segala tekanan.

Ingat, istirahat bukan tanda kelemahan. Sebaliknya, itu tanda kamu menghargai dirimu sendiri. Dan ketika kamu kembali, kamu bisa lebih kuat dari sebelumnya.

Kunci dari perjalanan mental health adalah menerima diri sendiri. Kadang kita terlalu sibuk ngejar kesempurnaan sampai lupa kalau nggak apa-apa kok jadi manusia yang nggak sempurna. Kamu nggak harus selalu punya semua jawaban. Kamu nggak harus selalu terlihat bahagia. Saat kamu belajar menerima bahwa ada hari-hari di mana kamu merasa rapuh, kamu juga belajar untuk mencintai diri sendiri tanpa syarat. Karena pada akhirnya, perjalanan hidup bukan soal jadi sempurna, tapi soal jadi versi terbaik dari diri kamu, dengan semua kekurangan yang ada.

Kalau kamu merasa semuanya terlalu berat untuk ditangani sendiri, jangan ragu buat cari bantuan. Ngobrol sama sahabat, pasangan, atau keluarga yang kamu percaya bisa jadi langkah awal yang besar. Kalau perlu, konsultasi dengan psikolog atau konselor profesional. Minta bantuan itu nggak bikin kamu lemah. Justru, itu menunjukkan keberanian kamu untuk menghadapi apa yang sedang kamu alami. Ingat, kamu nggak sendirian dalam perjalanan ini. Ada banyak orang yang peduli dan siap membantu kamu melewati masa-masa sulit.

Setelah semua air mata yang kamu tumpahkan, setelah semua malam-malam panjang penuh kecemasan, kamu akan menyadari bahwa kamu lebih kuat dari yang kamu kira. Kekuatan itu nggak selalu berarti nggak pernah jatuh. Kekuatan adalah kemampuan untuk bangkit lagi setelah jatuh. Dan ketika kamu bangkit, kamu akan melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda. Kamu akan lebih menghargai momen-momen kecil yang membawa kebahagiaan, dan kamu akan tahu betapa berharganya jeda yang kamu ambil untuk diri sendiri.

Hidup bukan kompetisi untuk jadi yang paling kuat atau paling sukses. Hidup adalah tentang perjalanan, tentang menerima semua warna yang ada, baik itu bahagia atau sedih, kuat atau lemah. Jadi, kalau kamu lagi nggak baik-baik aja, ingatlah: it's okay. Kamu boleh kok nangis. Kamu boleh kok istirahat. Dan kamu boleh kok jujur ke diri sendiri bahwa kamu butuh waktu untuk pulih. Karena pada akhirnya, kamu pantas untuk merasa lebih baik.

Jadilah baik pada dirimu sendiri. Beri ruang untuk merasa, untuk istirahat, dan untuk menjadi manusia seutuhnya. Kamu nggak harus sempurna. Cukup jadi diri kamu, dan itu sudah lebih dari cukup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun