Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Eduparenting, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel dan penggiat puisi esai di Bandung Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Paciwit-ciwit Lutung Permainan yang Mengajarkan Menopang Yang Dibawah Untuk Naik Ke Atas

8 Januari 2025   07:04 Diperbarui: 8 Januari 2025   07:04 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : bingimage.com AI


Permainan tradisional adalah cerminan nilai budaya yang kaya dan sarat makna. Salah satu permainan tradisional dari budaya Sunda, yaitu Paciwit-Ciwit Lutung, tidak hanya menjadi hiburan sederhana bagi anak-anak, tetapi juga mengandung pesan moral mendalam yang relevan bagi kehidupan sosial, bahkan hingga zaman modern. Dalam permainan ini, tersimpan pelajaran penting tentang gotong royong, kebersamaan, dan filosofi sosial: menopang yang di bawah untuk naik ke atas.

Paciwit-Ciwit Lutung sebagai Wahana Pembelajaran Sosial

Paciwit-Ciwit Lutung dimainkan oleh beberapa anak yang duduk melingkar. Permainan ini melibatkan aksi saling mencubit ringan di punggung tangan sambil melantunkan pantun khas yang berbunyi:

"Paciwit-ciwit lutung,
Lutung na ka tangkal kopi,
Saha anu eling,
Anu kalah ka heula diepi."

Permainan ini sederhana tetapi penuh kegembiraan. Anak-anak belajar menerima kekalahan tanpa amarah, karena semuanya dilakukan dalam suasana bermain yang santai dan penuh canda. Ketika seorang pemain kalah---biasanya tangan mereka ditahan lebih lama atau mereka gagal bereaksi cepat---mereka tidak diabaikan, melainkan tetap diintegrasikan dalam dinamika permainan. Hal ini menjadi pelajaran sosial penting bahwa tidak ada yang dibiarkan terpuruk; semua mendapat tempat dan kesempatan untuk berpartisipasi.

Permainan ini mencerminkan prinsip kesetaraan sosial, di mana setiap orang, terlepas dari posisinya, diberi ruang untuk tetap terlibat. Filosofi ini sangat relevan, terutama dalam kehidupan modern yang sering kali dipenuhi persaingan. Di tengah hiruk-pikuk dunia yang kompetitif, kita diingatkan bahwa membantu mereka yang tertinggal atau berada di bawah adalah kunci untuk menciptakan keharmonisan dan kemajuan bersama.

Menopang yang di Bawah untuk Naik ke Atas

Pesan moral utama dari Paciwit-Ciwit Lutung adalah konsep mendasar: menopang yang di bawah untuk naik ke atas. Dalam permainan ini, pemain yang kalah atau berada di posisi lemah tidak dijauhi atau dipermalukan. Sebaliknya, mereka tetap menjadi bagian dari kesenangan dan diberi kesempatan untuk kembali mencoba. Hal ini mengajarkan anak-anak bahwa dalam kehidupan, mereka yang berada di posisi kurang beruntung harus diberi dukungan untuk bangkit.

Nilai ini sangat penting dalam membangun masyarakat yang inklusif. Sebuah komunitas yang baik adalah komunitas yang tidak meninggalkan siapa pun. Filosofi ini relevan di berbagai aspek kehidupan, baik dalam keluarga, tempat kerja, maupun masyarakat luas. Ketika seseorang mengalami kesulitan, alih-alih meninggalkannya, memberikan bantuan adalah cara untuk menciptakan kesetaraan dan solidaritas.

Budaya Sunda dan Nilai Kebersamaan

Budaya Sunda dikenal dengan nilai-nilai kebersamaan dan harmoni yang kuat. Dalam tradisi masyarakat Sunda, gotong royong adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Paciwit-Ciwit Lutung menjadi salah satu medium sederhana yang mencerminkan prinsip tersebut. Dalam permainan ini, anak-anak diajarkan bahwa tidak ada yang lebih penting daripada kebersamaan dan kerja sama.

Prinsip "eling" atau kesadaran juga tercermin dalam pantun yang dilantunkan selama permainan. "Saha anu eling" (siapa yang sadar) mengingatkan kita tentang pentingnya refleksi dan perhatian terhadap sekitar. Filosofi ini mengajarkan anak-anak untuk selalu peka terhadap kebutuhan orang lain, terutama mereka yang mungkin membutuhkan dukungan.

Relevansi di Era Modern

Di dunia modern, di mana individualisme sering kali menjadi dominan, pelajaran dari Paciwit-Ciwit Lutung menjadi semakin penting. Banyak orang terjebak dalam persaingan yang keras, hingga lupa untuk membantu sesama. Permainan ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya berasal dari keberhasilan individu, tetapi juga dari kemampuan kita untuk membantu orang lain mencapai kesuksesan.

Dalam konteks organisasi, misalnya, seorang pemimpin yang baik adalah seseorang yang mampu membantu timnya berkembang. Sama seperti dalam Paciwit-Ciwit Lutung, di mana pemain yang kalah tidak dijauhi, seorang pemimpin harus mampu merangkul anggota tim yang mengalami kesulitan dan memberikan mereka dukungan untuk bangkit. Filosofi ini juga berlaku dalam kehidupan keluarga, di mana setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab untuk saling mendukung.

Melestarikan Tradisi untuk Generasi Muda

Sayangnya, permainan tradisional seperti Paciwit-Ciwit Lutung mulai jarang dimainkan oleh anak-anak zaman sekarang. Perubahan gaya hidup, modernisasi, dan perkembangan teknologi telah menggeser minat anak-anak ke permainan digital yang kurang melibatkan interaksi langsung. Padahal, permainan seperti ini memiliki nilai edukatif dan sosial yang sangat penting.

Melestarikan Paciwit-Ciwit Lutung berarti melestarikan warisan budaya yang kaya akan nilai-nilai kehidupan. Permainan ini dapat dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan, misalnya melalui kegiatan ekstrakurikuler atau acara budaya sekolah. Selain itu, komunitas-komunitas budaya juga dapat berperan aktif dengan mengadakan festival atau lomba permainan tradisional untuk memperkenalkannya kepada generasi muda.

Kesimpulan

Paciwit-Ciwit Lutung lebih dari sekadar permainan. Ia adalah cerminan nilai-nilai sosial yang luhur: kesetaraan, gotong royong, dan kebersamaan. Melalui permainan ini, anak-anak diajarkan untuk tidak meninggalkan siapa pun yang berada di posisi lemah. Sebaliknya, mereka diajak untuk mendukung dan menopang satu sama lain, sehingga tercipta keharmonisan dalam kebersamaan.

Dalam dunia yang semakin kompleks dan kompetitif, pelajaran dari Paciwit-Ciwit Lutung tetap relevan. Dengan melestarikan permainan ini, kita tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga mewariskan nilai-nilai sosial yang penting kepada generasi mendatang. Sebab pada akhirnya, kebahagiaan sejati tercipta saat kita mampu mengangkat orang lain, terutama mereka yang berada "di bawah," untuk naik bersama menuju keberhasilan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun