2. Tunjukkan Perhatian Kecil Tapi Bermakna
Terkadang, perhatian kecil bisa membuat perbedaan besar. Misalnya, tanyakan bagaimana hari anak di sekolah, apa yang sedang mereka sukai, atau apa yang sedang mereka khawatirkan. Jangan hanya fokus pada nilai atau prestasi mereka, tapi juga perasaan mereka.
3. Belajar Mendengarkan Tanpa Menghakimi
Salah satu alasan anak sering ragu untuk bercerita kepada ayah adalah karena takut dihakimi. Ayah perlu belajar untuk mendengarkan tanpa langsung memberikan kritik atau ceramah. Kadang-kadang, anak hanya butuh seseorang yang mau mendengarkan tanpa menyalahkan.
4. Jangan Takut Menunjukkan Emosi
Menjadi ayah bukan berarti harus selalu terlihat kuat dan tegar. Menunjukkan emosi seperti kasih sayang, kesedihan, atau kekhawatiran justru bisa membuat anak merasa lebih dekat. Jangan ragu untuk mengatakan "Aku bangga sama kamu" atau "Ayah sayang kamu." Kata-kata sederhana ini punya dampak luar biasa dalam membangun hubungan yang hangat.
5. Ciptakan Tradisi Keluarga
Tradisi keluarga, sekecil apa pun, bisa membantu mempererat hubungan ayah dan anak. Misalnya, punya jadwal rutin untuk hiking bareng, movie night di rumah, atau memasak bersama setiap akhir pekan. Tradisi ini bukan cuma menyenangkan, tapi juga jadi momen untuk menciptakan kenangan indah bersama.
Mengubah Pola Pikir Tentang Peran Ayah
Yang nggak kalah penting adalah mengubah pola pikir tentang peran ayah dalam keluarga. Ayah bukan sekadar pencari nafkah, tapi juga pengasuh, teman, dan mentor bagi anak-anaknya. Peran ini membutuhkan kehadiran, perhatian, dan usaha untuk memahami dunia anak.
Ayah juga perlu menyadari bahwa membangun hubungan dengan anak bukanlah tugas "ekstra" yang bisa diabaikan. Ini adalah bagian penting dari menjadi seorang ayah yang baik. Dengan meluangkan waktu dan usaha untuk memperkuat bonding dengan anak, ayah tidak hanya membantu anak tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan penuh kasih, tapi juga menciptakan hubungan yang akan dikenang sepanjang hidup.