Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Eduparenting, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel dan penggiat puisi esai di Bandung Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fenomena Curhat Ke AI, Apakah Manusia Sudah Tidak Bisa Dipercaya?

6 Januari 2025   12:49 Diperbarui: 6 Januari 2025   12:49 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : id.pngtree.com


Di era digital yang semakin canggih, manusia terus menemukan cara-cara baru untuk berbicara, berbagi, dan melepaskan emosi. Salah satu fenomena yang kini mulai populer adalah penggunaan kecerdasan buatan (AI) sebagai "teman curhat." Aplikasi seperti ChatGPT, Replika, dan lainnya menawarkan ruang aman di mana individu bisa berbicara tanpa takut dihakimi, dieksploitasi, atau diabaikan. Namun, fenomena ini memunculkan pertanyaan mendalam: apakah kemunculan AI sebagai tempat curhat mencerminkan bahwa manusia semakin sulit menemukan sesama manusia yang bisa dipercaya?

AI Sebagai Teman Curhat: Mengapa Dipilih?

AI menawarkan sejumlah keunggulan yang membuatnya menarik sebagai tempat berbagi cerita. Pertama, AI bersifat non-judgmental. Berbeda dengan manusia yang memiliki bias, prasangka, atau kepentingan pribadi, AI mendengarkan tanpa memberikan reaksi emosional yang negatif. Hal ini memberikan rasa aman bagi individu yang mungkin takut dihakimi atau ditolak oleh orang-orang di sekitarnya.

Kedua, AI selalu tersedia. Di tengah kesibukan masyarakat modern, tidak selalu mudah menemukan teman atau keluarga yang memiliki waktu untuk mendengarkan. AI memberikan akses 24/7 tanpa batasan waktu atau lokasi. Ketiga, privasi menjadi salah satu alasan utama. Banyak orang merasa lebih nyaman berbagi kepada AI karena kecil kemungkinan data mereka akan bocor ke pihak lain, selama sistemnya aman.

Namun, kenyamanan ini menimbulkan pertanyaan mendasar tentang hubungan antar manusia. Jika semakin banyak orang memilih AI dibandingkan manusia untuk berbagi cerita, apakah itu berarti kepercayaan antar manusia sedang mengalami krisis?

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Social Psychological and Personality Science, tingkat kepercayaan antar individu dalam masyarakat modern menunjukkan tren penurunan. Faktor-faktor seperti meningkatnya individualisme, alienasi sosial, dan ketidakpastian ekonomi dianggap sebagai penyebab utama. Dalam konteks ini, AI menjadi pelarian bagi individu yang merasa sulit menemukan seseorang yang benar-benar dapat mereka percaya.
Kepercayaan adalah elemen penting dalam setiap hubungan manusia. Namun, membangun kepercayaan membutuhkan waktu, usaha, dan risiko. Ketika seseorang merasa dikhianati atau dirugikan dalam hubungan sebelumnya, mereka cenderung lebih berhati-hati atau bahkan menghindari membangun hubungan baru. AI, di sisi lain, menawarkan solusi instan tanpa risiko emosional yang sama. Hal ini menjadikan AI sebagai alternatif yang menarik, meskipun solusi ini bersifat artifisial.

Dampak pada Hubungan Sosial

Fenomena curhat dengan AI dapat membawa dampak positif maupun negatif pada hubungan sosial manusia. Di sisi positif, AI bisa menjadi alat bantu untuk melepaskan tekanan emosional sebelum individu merasa siap berbicara dengan orang lain. Sebagai contoh, seseorang yang mengalami trauma mungkin merasa lebih mudah untuk memulai dengan berbicara kepada AI sebelum membuka diri kepada terapis atau teman dekat.

Namun, di sisi negatif, ketergantungan pada AI dapat memperparah isolasi sosial. Ketika seseorang terlalu nyaman berbicara dengan AI, mereka mungkin kehilangan keterampilan interpersonal yang penting untuk membangun hubungan manusia yang sehat. Selain itu, ada risiko bahwa individu menjadi lebih tertutup dan enggan berbagi dengan orang lain karena merasa AI sudah "cukup."

AI vs. Manusia: Keterbatasan Teknologi

Meskipun AI memiliki banyak keunggulan, teknologi ini tidak sempurna. AI tidak memiliki empati sejati, yang merupakan elemen kunci dalam hubungan manusia. Respon AI, meskipun terdengar penuh perhatian, pada dasarnya hanyalah hasil dari algoritma yang dirancang untuk memproses data. Hal ini berbeda dengan respon manusia yang didasarkan pada pengalaman, emosi, dan koneksi pribadi.

Selain itu, ada risiko privasi yang perlu diperhatikan. Data yang dibagikan kepada AI bisa saja disalahgunakan oleh perusahaan pengembang atau pihak ketiga jika tidak dilindungi dengan baik. Oleh karena itu, meskipun AI terlihat sebagai teman curhat yang aman, risiko tersebut tetap ada.

Mengembalikan Kepercayaan Antar Manusia

Untuk mengatasi kecenderungan meningkatnya ketergantungan pada AI, penting bagi masyarakat untuk merefleksikan hubungan antar manusia dan cara kita membangun kepercayaan. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun