Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Eduparenting, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel dan penggiat puisi esai di satupena Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Merasa Berbeda Karena Kita Memijak Bumi Yang Sama

21 Desember 2024   18:27 Diperbarui: 21 Desember 2024   18:27 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : bingimage.com AI

Pernah nggak sih, kamu merasa nggak cukup "good enough" dibandingin orang lain? Rasanya kayak semua orang di sekitar punya kelebihan yang nggak kamu miliki. Mereka kelihatan confident, punya achievement yang bikin bangga, atau sekadar jadi sosok yang "diterima" sama lingkungan. Sedangkan kamu? Merasa kecil, nggak penting, bahkan kadang bikin kita jadi pribadi yang introvert.

Well, kalau kamu pernah merasa kayak gitu, kamu nggak sendirian. Banyak banget orang yang diam-diam punya rasa insecure yang sama. Mereka mikir kekurangan yang ada pada diri mereka bikin mereka nggak pantas untuk berdiri di tengah-tengah masyarakat yang kelihatan "perfect."

Kenapa Rasa Insecure Itu Muncul?

Let's be real. Semua orang punya standar di kepalanya tentang apa yang "ideal." Fisik yang menarik, karier yang sukses, atau personality yang bikin orang nyaman. Ketika kita merasa jauh dari standar itu, otomatis kita jadi minder. Kadang, nggak ada orang lain yang nyuruh kita minder, tapi pikiran kita sendiri udah ngasih label bahwa kita "kurang." Lebih parah lagi kalau pengalaman sosial yang kita alami nggak mendukung. Misalnya, pernah dapat komentar yang bikin sakit hati, kayak "Kamu kok beda, sih?" atau "Kamu nggak cocok ada di sini." Tanpa sadar, kata-kata itu bisa jadi luka yang mendalam. Lama-lama, kita jadi takut buat keluar dari zona nyaman dan memilih untuk sembunyi. Bukan karena nggak mampu, tapi karena terlalu takut buat dilihat atau dinilai.

Lingkungan yang Kurang Supportive

Let's admit it, kadang kita lupa menjaga mulut. Padahal, kata-kata kita bisa jadi "weapon" yang melukai orang lain. Misalnya, ketika kita menilai seseorang cuma dari penampilannya atau cara dia hidup, itu bisa bikin mereka merasa nggak diterima. Bayangin aja, orang yang udah insecure karena kekurangannya harus menghadapi judgment dari lingkungan. Rasanya kayak luka kecil yang terus dikorek sampai akhirnya jadi trauma. 

Mereka jadi takut buat nunjukin diri, takut ditolak, dan akhirnya terjebak dalam perasaan  "I don't belong here."

Kita nggak pernah tahu perjuangan apa yang sedang dijalani seseorang. So, the least we can do adalah mencoba untuk lebih peka. Nggak perlu repot-repot, kok. Hal sederhana seperti senyum atau nggak mengomentari sesuatu yang sensitive bisa jadi langkah awal. Empati juga berarti berhenti memandang perbedaan sebagai sesuatu yang aneh. Instead, kita bisa melihatnya sebagai hal yang memperkaya hidup. Karena, let's face it, hidup ini bakal membosankan kalau semua orang sama.

Kamu Lebih dari Sekadar Kekuranganmu

Kalau kamu merasa insecure karena kekuranganmu, coba tanyakan ini ke dirimu sendiri: apa iya kekurangan itu lebih besar dari semua kelebihan yang kamu punya? Percaya atau nggak, setiap orang punya sesuatu yang spesial. You might not see it yet, but it's there. Salah satu langkah penting untuk keluar dari rasa rendah diri adalah mulai menerima dirimu apa adanya. Nggak ada manusia yang sempurna, dan itu bukan alasan buat kamu menyerah. Instead, fokus pada apa yang bisa kamu lakukan. Take small steps. Setiap kali kamu mencoba sesuatu yang baru atau mengasah kemampuanmu, itu udah jadi langkah besar untuk keluar dari zona insecure.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun