Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Eduparenting, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel dan penggiat puisi esai di Bandung Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Seni

Pro dan Kontra Puisi Esai, Genre Baru Yang Mengguncang Dunia Sastra

16 Desember 2024   20:08 Diperbarui: 16 Desember 2024   20:08 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : galeri pribadi

Puisi esai adalah salah satu genre puisi modern yang diperkenalkan oleh Denny JA pada tahun 2012 melalui buku antologi Atas Nama Cinta. Genre ini menggabungkan elemen puisi tradisional dengan narasi esai yang panjang. Dengan format yang lebih bebas dari segi diksi, rima, dan struktur, puisi esai memberikan ruang eksplorasi yang luas bagi penulis untuk menyampaikan cerita atau pengalaman personal. Namun, sejak kemunculannya, puisi esai memicu perdebatan hangat di kalangan sastrawan Indonesia. Sebagian pihak memuji keberanian Denny JA menciptakan terobosan baru dalam dunia sastra, sementara pihak lain menganggapnya sebagai karya yang melenceng dari kaidah puisi konvensional.  

Pro: Puisi Esai Sebagai Inovasi dalam Sastra Indonesia

Para pendukung puisi esai melihat genre ini sebagai bentuk inovasi yang menghidupkan kembali dunia sastra Indonesia. Dalam beberapa dekade terakhir, puisi tradisional kerap dianggap sulit diakses oleh pembaca awam karena kompleksitas diksi, simbolisme, dan struktur yang kaku. Puisi esai hadir sebagai solusi dengan menggunakan bahasa yang lebih lugas dan narasi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.  

Misalnya, puisi-puisi esai dalam Atas Nama Cinta membahas isu-isu sosial seperti diskriminasi, konflik agama, hingga peran perempuan. Dengan gaya naratif yang panjang, pembaca bisa lebih mudah memahami pesan yang ingin disampaikan. Hal ini menarik minat generasi muda dan pembaca awam yang sebelumnya mungkin merasa "terasing" dari puisi-puisi modern yang lebih simbolis.  

Selain itu, keberhasilan puisi esai di berbagai daerah, mulai dari Aceh hingga Papua, bahkan merambah ke Malaysia, menunjukkan bahwa genre ini memiliki daya tarik universal. Melalui perlombaan menulis puisi esai yang diadakan di berbagai wilayah, karya-karya ini berhasil menjadi medium untuk menyuarakan keunikan lokal. Banyak penulis dari latar belakang budaya yang beragam menemukan bahwa puisi esai adalah wadah yang ideal untuk mengekspresikan pengalaman mereka secara jujur.  

Kontra: Kritik terhadap Kepatuhan pada Kaidah Puisi

Namun, tidak sedikit sastrawan yang mengkritik puisi esai karena dianggap melanggar kaidah puisi yang telah mapan. Dalam dunia sastra Indonesia, puisi biasanya dikaitkan dengan penggunaan diksi yang estetik, metafora yang mendalam, serta struktur yang mematuhi aturan tertentu seperti rima dan ritme. Puisi esai, dengan narasinya yang panjang dan sering kali menyerupai prosa, dianggap kehilangan esensi puitik tersebut.  

Beberapa kritikus menilai bahwa puisi esai lebih cocok dikategorikan sebagai cerita pendek yang dibungkus dengan format puisi. Penggabungan antara narasi esai dan puisi dianggap kurang solid karena sering kali narasi yang disampaikan terasa datar, tanpa adanya eksplorasi bahasa yang kuat. Penulis sekaligus kritikus sastra Nirwan Dewanto, misalnya, pernah menyebut bahwa puisi esai lebih menyerupai "esai biasa yang diberi jeda". Hal ini menimbulkan perdebatan tentang apakah genre ini benar-benar berkontribusi terhadap perkembangan puisi atau hanya mengaburkan batasan antar-genre sastra.  

Selain itu, sejumlah akademisi mengkritik promosi besar-besaran terhadap puisi esai yang dinilai terlalu didorong oleh kekuatan politik dan ekonomi daripada kualitas sastra. Proyek ini sering dikaitkan dengan strategi pemasaran yang masif, termasuk lomba dan antologi yang didanai secara besar-besaran. Kritikus lainnya, seperti Goenawan Mohamad, menilai bahwa kehadiran puisi esai cenderung mereduksi sastra menjadi alat propaganda atau agenda tertentu.  

Mengapa Puisi Esai Tetap Diterima di Kalangan Luas?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun