kepepet" mengubah saya yang nggak tahu apa-apa soal listrik jadi teknisi dadakan---meski penuh dengan rasa takut dan doa berlapis.
Ada momen dalam hidup yang mengajarkan kita bahwa, di tengah keterbatasan, otak kita tiba-tiba saja menjadi lebih cerdas dan tangan mendadak terampil. Salah satu contohnya adalah pengalaman pribadi saya dengan stop kontak mati di rumah. Ini bukan sekadar cerita biasa, tapi kisah tentang bagaimana "Hari itu, situasinya benar-benar nggak ideal. Stop kontak mendadak mati, dompet di akhir bulan sedang menipis, dan waktu sudah sore. Artinya, mencari tukang listrik bukan hanya butuh biaya lebih, tapi juga sulit karena kebanyakan orang sudah istirahat. Dalam kondisi ini, mau nggak mau saya harus mikir cepat. Rasanya kayak dilempar ke medan perang tanpa senjata---kecuali akal sehat dan koneksi internet.
YouTube Jadi Guru Darurat
Tiba-tiba, ide brilian muncul: buka YouTube! Di sana, ada segalanya, dari cara masak mie instan sampai memperbaiki stop kontak mati. Saya ketik kata kunci "cara memperbaiki stop kontak mati" dan muncul banyak tutorial yang tampak simple, setidaknya kalau dilihat. Dari sekian banyak video, saya pilih yang durasinya paling pendek---karena waktu mendesak dan mental saya udah keburu ciut duluan.
Sambil nonton, saya mulai memahami bahwa masalahnya bisa jadi cuma soal kabel. Setelah hampir 30 menit menonton ulang beberapa bagian video, akhirnya saya memberanikan diri untuk mencoba sendiri.
Bongkar Stop Kontak dengan Modal Nekat
Dengan alat seadanya---obeng, tang kecil, dan doa---saya mulai membuka stop kontak. Tangannya gemetaran, jujurly. Ini pertama kalinya saya bongkar stop kontak, dan terus terang saya nggak yakin apakah saya lebih takut listriknya, atau takut gagal dan makin memperburuk keadaan.
Setelah bongkar sana-sini, akhirnya saya menemukan masalahnya: ada kabel yang lepas dari baut. Dalam tutorial, kelihatannya gampang banget untuk menyambungkannya kembali. Tapi kenyataannya, memegang kabel kecil sambil memastikan semuanya aman ternyata jauh lebih sulit dari ekspektasi.
Di tengah-tengah proses itu, saya komat-kamit baca doa. Rasanya seperti mengerjakan ujian praktek yang kalau salah sedikit, taruhannya korsleting listrik. Saya pasang kabel itu ke tempatnya, memutar baut dengan hati-hati, dan memastikan semuanya terpasang dengan benar.
Momen Menegangkan: Saatnya Coba Nyala Lagi
Setelah kabel tersambung, momen paling mendebarkan adalah menghidupkan listrik lagi. Sebelum itu, saya sudah siap-siap pakai sandal jepit. Entah kenapa, sandal jepit seakan jadi alat perlindungan standar meski sebenarnya nggak ada hubungannya langsung. Dengan napas tertahan dan jantung deg-degan, saya coba nyalakan kembali listrik.