Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pria Tunda Menikah Karena Shock dengan Biaya Nikah

22 November 2024   11:56 Diperbarui: 23 November 2024   06:59 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah Standar Tinggi Selalu Salah?

Tidak adil untuk sepenuhnya menyalahkan wanita atas tingginya standar dalam pernikahan. Dalam banyak kasus, tuntutan ini didasarkan pada keinginan untuk memastikan masa depan yang stabil dan bahagia. Wanita juga menghadapi tekanan dari keluarga dan lingkungan untuk menikah dengan pria yang mapan dan "layak".  Namun, penting bagi pasangan untuk menemukan keseimbangan antara harapan dan kenyataan. Pernikahan bukanlah tentang memenuhi standar masyarakat, tetapi tentang membangun kehidupan bersama yang penuh cinta dan kerja sama.  

Membangun Kesiapan Bersama

Daripada menunda pernikahan karena alasan finansial, pria dan wanita bisa bekerja sama untuk mempersiapkan masa depan. Mereka dapat berdiskusi tentang anggaran pernikahan yang realistis, menyesuaikan mahar, dan mencari cara untuk mengurangi biaya tanpa mengurangi makna pernikahan itu sendiri.  Penting juga untuk mengubah cara pandang terhadap pernikahan. Tidak semua pernikahan harus diiringi pesta besar atau simbol kemewahan. Yang terpenting adalah akad yang sah, komitmen yang tulus, dan kesiapan untuk menjalani kehidupan bersama.  

Fenomena pria menunda menikah karena tuntutan wanita yang dianggap terlalu tinggi mencerminkan realitas sosial yang kompleks. Di satu sisi, pria merasa terbebani oleh ekspektasi finansial yang tidak realistis. Di sisi lain, wanita juga menghadapi tekanan untuk memastikan masa depannya terjamin.  Solusi dari permasalahan ini adalah komunikasi yang jujur dan terbuka. Pasangan harus berani mendiskusikan kebutuhan, harapan, dan kemampuan masing-masing secara realistis. Dengan menurunkan standar pernikahan menjadi lebih sederhana dan fokus pada esensi hubungan, pria dan wanita dapat melangkah ke jenjang pernikahan tanpa rasa takut atau tekanan berlebihan.  Pernikahan bukanlah soal seberapa mewah pestanya, tetapi tentang komitmen untuk menjalani hidup bersama. Jangan biarkan tuntutan sosial menghalangi kebahagiaan yang seharusnya bisa diraih lebih awal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun