Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Fatherless di Hari Ayah, Refleksi Peran Ayah bagi Anak

12 November 2024   11:38 Diperbarui: 12 November 2024   13:51 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi- Hari Ayah. (Shutterstock via Kompas.com)

Di Indonesia Hari Ayah jatuh pada setiap tanggal 12 November. Hari ini diperingati sebagai momen bagi anak-anak untuk mengucapkan terima kasih atas kasih sayang dan dukungan yang telah diberikan oleh ayah mereka. 

Namun, peringatan ini memunculkan refleksi mendalam bagi anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran aktif seorang ayah, sebuah fenomena yang sering disebut dengan istilah fatherless.

Di negara kita yang lebih banyak menerapkan pola pengasuhan patriarki, fenomena fatherless masih menjadi persoalan signifikan. Meski ayah sering dianggap sebagai kepala keluarga, peran mereka dalam pengasuhan anak sering kali terabaikan. Banyak ayah berfokus pada tanggung jawab finansial dan mengabaikan peran emosional dalam kehidupan anak. 

Kondisi ini menciptakan jurang besar dalam hubungan ayah dan anak, sehingga anak hanya mengenal ayahnya sebagai "penyedia kebutuhan" tanpa kehangatan atau keintiman emosional. 

Banyak sekali anak-anak yang sudah tumbuh dewasa, merasa hubungan dengan ayahnya sangat canggung dan kaku, bahkan yang lebih buruknya lagi, hubungan Ayah dan anak tak lebih dari sekadar hubungan transaksional.

Fatherless bukan hanya berarti anak yang kehilangan ayah secara fisik, seperti karena perceraian, kematian, atau meninggalkan keluarga. Istilah ini juga mencakup anak-anak yang merasa kehilangan peran emosional ayah dalam kehidupan mereka meskipun secara fisik sang ayah masih ada, namun kedekatan secara emosional sangat renggang. 

Ayah yang sibuk bekerja, terlalu fokus pada tanggung jawab profesional, tidak mau terlibat dalam pengasuhan sehingga menciptakan efek anak yang merasa kehilangan figur ayah.

Ketiadaan peran ayah dalam pengasuhan anak berdampak besar pada perkembangan emosional dan sosial anak. Anak laki-laki sering kehilangan figur panutan yang bisa mengajarkan nilai-nilai tanggung jawab, kedisiplinan, dan kepemimpinan. 

Sementara itu, anak perempuan yang kurang mendapat perhatian dari ayahnya cenderung mencari validasi dari pihak luar, yang kadang membahayakan jika mereka tidak mendapatkan panduan yang tepat.

Sumber : bingimage.com AI
Sumber : bingimage.com AI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun