Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Eduparenting, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel dan penggiat puisi esai di Bandung Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Memahami Ketakutan Menuju Pernikahan

8 November 2024   14:22 Diperbarui: 11 November 2024   17:26 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angka pernikahan di Indonesia menurun (KOMPAS.com/Sabrina Mutiara Fitri)

Pernikahan seharusnya menjadi momen yang penuh kebahagiaan, komitmen, dan harapan bagi dua orang yang saling mencintai. Namun, tidak sedikit orang yang merasa ragu, takut, bahkan menghindari pernikahan karena berbagai alasan. 

Rasa takut ini kerap muncul dari realitas kehidupan dan kekhawatiran akan hal-hal yang mungkin terjadi setelah menikah. Beberapa hal yang melandasi seseorang takut ke jenjang yang lebih serius diantaranya adalah:

1. Tingginya Angka Perceraian: Ketakutan Akan Kegagalan Pernikahan

Saat ini, angka perceraian yang tinggi menjadi salah satu alasan utama mengapa banyak orang merasa takut menikah. Ketika melihat teman, keluarga, atau figur publik yang mengalami perceraian, tidak sedikit orang yang mulai berpikir, "Bagaimana jika pernikahan saya nanti juga berakhir seperti itu?" Ketakutan akan kegagalan ini bisa membuat seseorang ragu untuk melangkah ke jenjang pernikahan.

Pernikahan tidak hanya soal berbagi rumah atau momen bahagia, tetapi juga menghadapi tantangan dan konflik yang mungkin timbul di dalamnya. Bagi sebagian orang, menghadapi risiko perpisahan yang menyakitkan mungkin terasa lebih menakutkan daripada hidup sendirian. 

Hal ini terutama berlaku bagi mereka yang menginginkan kepastian dan stabilitas. Takut akan perceraian, bahkan sebelum menikah, seringkali menciptakan perasaan ragu yang sulit diatasi.

2. Trauma Masa Lalu: Ketakutan Mengulangi Pengalaman Buruk

Orang yang berasal dari keluarga broken home atau mengalami hubungan beracun di masa lalu mungkin merasa ketakutan akan pernikahan karena takut mengulangi pengalaman tersebut. 

Ketika seseorang tumbuh di lingkungan di mana pernikahan penuh konflik atau perceraian, pandangan mereka terhadap pernikahan bisa berubah menjadi pesimistis. Mereka mungkin merasa bahwa pernikahan hanya akan berujung pada penderitaan dan kehilangan, seperti yang mereka saksikan atau alami di masa lalu.

Ketakutan ini kadang begitu kuat, hingga membuat seseorang berpikir bahwa pernikahan tidak akan membawa kebahagiaan. Rasa cemas akan mengulangi kesalahan atau berakhir seperti hubungan yang pernah mereka lihat sebelumnya menjadi salah satu penghalang terbesar untuk berkomitmen.

3. Faktor Ekonomi: Kekhawatiran Akan Biaya Hidup

Tidak dapat dipungkiri, pernikahan bukan hanya tentang cinta dan kebahagiaan. Ada aspek finansial yang juga sangat penting dalam menjalani kehidupan pernikahan. Biaya hidup yang semakin tinggi, kebutuhan rumah tangga, pendidikan anak, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya kerap menjadi beban pikiran. Banyak pasangan yang khawatir apakah mereka mampu memenuhi kebutuhan hidup bersama jika nantinya menikah.

Faktor ekonomi sering kali menjadi alasan utama seseorang menunda atau ragu untuk menikah. Bagi beberapa orang, penghasilan yang belum memadai atau kestabilan finansial yang belum terjamin membuat mereka merasa belum siap menjalani pernikahan. Mereka tidak ingin membawa pasangan atau keluarga ke dalam kesulitan finansial, dan akhirnya memilih menunda hingga kondisi ekonomi lebih stabil.

4. Ekspektasi Berlebihan Terhadap Pernikahan: Takut Akan Kenyataan yang Tidak Sesuai

Banyak orang membayangkan pernikahan sebagai dongeng dengan akhir yang bahagia. Padahal, realitas pernikahan sering kali jauh berbeda dari apa yang digambarkan dalam drama atau film romantis. 

Pernikahan adalah perjalanan panjang yang penuh dengan tantangan. Ada kalanya pasangan tidak sepaham, ada konflik yang perlu diselesaikan, dan ada kompromi yang harus dibuat.

Jika seseorang hanya melihat sisi indah pernikahan tanpa mempertimbangkan realitasnya, mereka mungkin akan merasa kecewa dan takut ketika menghadapi kenyataan yang berbeda. Takut untuk menghadapi kenyataan ini bisa membuat orang enggan menikah karena mereka tahu bahwa kebahagiaan dalam pernikahan tidak terjadi begitu saja.

5. Tantangan dalam Membangun Kerjasama dan Komunikasi

Pernikahan bukan sekadar tinggal bersama di rumah yang sama, ini adalah sebuah kerja sama panjang di mana membutuhkan saling pengertian, kelapangan, selalu saling memaafkan dan tidak saling mendendam. 

Pasangan harus mampu menyelesaikan masalah bersama dan saling memaafkan kekurangan masing-masing. Namun, beberapa orang merasa bahwa tuntutan ini terlalu berat. Mereka khawatir akan sulit membangun kerjasama yang sehat dengan pasangan dan takut menghadapi masalah-masalah yang mungkin timbul. 

Dalam pernikahan, komitmen dan kemampuan untuk bekerja sama jauh lebih penting daripada sekadar perasaan cinta yang romantis. Rasa takut terhadap tantangan ini bisa membuat seseorang merasa bahwa pernikahan adalah keputusan yang sulit.

Sumber ilustrasi : bingimage.com AI
Sumber ilustrasi : bingimage.com AI

6. Takut Salah Memilih Pasangan: Risiko Terjebak dalam Situasi yang Sulit

Salah satu ketakutan terbesar sebelum menikah adalah risiko salah memilih pasangan. Menemukan pasangan yang tepat untuk menikah tidak semudah memilih pakaian di online shop yang bisa diretur jika salah. 

Ketika memilih pasangan, salah langkah bisa berdampak besar pada masa depan seseorang. Salah memilih pasangan bisa membuat seseorang terjebak dalam labirin yang sulit, tak semudah itu anda bisa keluar dalam situasi yang tidak diinginkan. 

Bertahan dalam pernikahan yang tidak sehat sering kali menjadi pilihan yang menyakitkan, namun berpisah juga tidak mudah. Karena itu, banyak orang takut salah memilih dan akhirnya terjebak dalam hubungan yang sulit untuk dipertahankan. 

Untuk itu, penting untuk benar-benar mempertimbangkan kesiapan mental dan emosional, serta memastikan bahwa pasangan yang dipilih adalah orang yang tepat untuk membangun masa depan bersama.

Ketakutan akan pernikahan adalah hal yang wajar dan manusiawi. Banyak orang yang merasa ragu untuk melangkah karena khawatir dengan berbagai risiko yang mungkin terjadi. Namun, yang perlu ditakuti bukanlah pernikahannya, melainkan kemungkinan salah memilih pasangan dan tidak siap menghadapi realitas pernikahan. 

Sebelum menikah, persiapkanlah mental, pastikan kestabilan finansial, dan pilihlah pasangan yang benar-benar bisa diajak bekerja sama dalam menghadapi kehidupan. 

Pernikahan bukanlah sekadar simbol cinta, tetapi juga sebuah komitmen yang memerlukan usaha, pengorbanan, dan kedewasaan dari kedua belah pihak. Ketakutan ini bisa berkurang ketika kita mampu melihat pernikahan sebagai sebuah perjalanan yang, meskipun penuh tantangan, bisa dijalani dengan persiapan dan komitmen yang matang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun