Perasaan insecure ini semakin menjadi ketika suami juga tidak lagi menunjukkan apresiasi atau pujian seperti sebelum menikah. Wanita menjadi ragu-ragu akan pernikahan karena mereka khawatir penampilan mereka akan memengaruhi hubungan setelah menikah, dan mereka takut tidak lagi merasa cantik di mata pasangannya. Beban untuk tetap terlihat menarik dan perasaan takut tidak lagi dihargai membuat sebagian wanita memilih untuk menunda pernikahan.
4. Kurangnya Kerja Sama dalam Mengurus Anak
Mengurus anak adalah tugas yang membutuhkan kerjasama antara suami dan istri. Sayangnya, tidak semua suami mau atau terbiasa untuk berbagi tugas dalam hal mengasuh anak. Beban mengurus anak sering kali jatuh sepenuhnya pada wanita, mulai dari merawat bayi hingga mengurus kebutuhan sehari-hari anak, sementara suami merasa tugasnya cukup dengan bekerja dan mencari nafkah.Â
Wanita yang terbiasa melihat hal ini terjadi di lingkungan sekitarnya bisa merasa enggan menikah karena mereka tidak ingin menghadapi beban yang sama.
Tidak sedikit wanita yang menginginkan suami yang turut andil dalam merawat anak, bukan hanya hadir secara finansial tetapi juga dalam hal waktu dan perhatian. Harapan akan peran yang seimbang dalam keluarga bisa jadi alasan mengapa banyak wanita berpikir dua kali sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Mereka ingin memastikan bahwa pernikahan akan menjadi kemitraan yang setara, bukan menjadi beban tambahan bagi mereka.
5. Merasa Dipandang Lebih Sebagai "Pembantu" daripada Pendamping
Alasan ini mungkin terdengar klise, tetapi kenyataannya masih banyak wanita yang merasa terjebak dalam peran ini setelah menikah. Tidak sedikit yang berpendapat bahwa dalam budaya kita, peran wanita dalam rumah tangga sering kali lebih menonjolkan tugas-tugas domestik. Menikah dianggap berarti harus menjadi istri yang bisa diandalkan dalam segala hal, mulai dari memasak, membersihkan rumah, hingga merawat anak-anak, tanpa ada pembagian tugas yang jelas dengan suami.
Wanita yang memiliki cita-cita dan ambisi pribadi mungkin merasa bahwa pernikahan bisa membuat mereka kehilangan jati diri dan diperlakukan lebih sebagai "pembantu" dibandingkan dengan pasangan hidup yang setara.Â
Mereka khawatir bahwa pernikahan justru akan membatasi ruang gerak dan kebebasan mereka. Inilah mengapa banyak wanita akhirnya memilih untuk menunda atau bahkan menghindari pernikahan, karena mereka tidak ingin kehilangan identitas mereka dan merasa dihargai hanya dari peran domestik yang mereka jalani.
Pernikahan memang membawa banyak kebahagiaan dan pengalaman baru, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa ada tantangan dan beban yang mungkin dihadapi oleh wanita. Banyak wanita modern menginginkan kesetaraan, penghargaan, dan dukungan dalam pernikahan. Mereka ingin merasa dihargai sebagai individu, bukan hanya sebagai istri atau ibu.Â
Mungkin ini saatnya bagi kita untuk mulai mendukung peran yang lebih seimbang dalam pernikahan, di mana setiap pasangan bisa merasa bahagia dan dihargai dalam perannya masing-masing. Bagi para pria, perhatian dan penghargaan sederhana dapat membuat perbedaan besar, begitu juga dengan kemauan untuk berbagi tanggung jawab dalam rumah tangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H