Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Eduparenting, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel dan penggiat puisi esai di Bandung Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Romantisme Lembang dan Manisnya Colenak

1 November 2024   16:09 Diperbarui: 1 November 2024   16:29 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Shutterstock.com

Waktu perlahan berlalu, mentari mulai menampakkan diri di antara awan-awan tipis, sinarnya menembus celah-celah pohon pinus yang tumbuh menjulang di sekitar kedai. Udara dingin Lembang yang terasa hingga ke tulang perlahan berbaur dengan kehangatan sinar matahari, menciptakan perpaduan yang sempurna. Ini adalah salah satu momen yang membuat perjalanan ini begitu berarti; saat alam dan manusia bersatu dalam harmoni yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Kedai sederhana ini menjadi saksi bisu dari percakapan ringan, canda tawa, dan rasa syukur yang mengalir di setiap tegukan susu jahe dan setiap gigitan colenak. Makanan dan minuman di sini bukan hanya sekadar kuliner, melainkan bagian dari kehangatan yang ditawarkan Lembang pada setiap pengunjungnya. Mungkin, inilah alasan mengapa Lembang selalu menjadi tujuan yang dirindukan; bukan hanya karena dinginnya yang menenangkan, tetapi juga karena ia adalah tempat di mana waktu seakan berhenti sejenak, memberikan ruang bagi setiap orang untuk kembali merasakan makna dari setiap momen kecil dalam hidup.

Saat akhirnya aku meninggalkan kedai itu, ada perasaan hangat yang tertinggal di hati, seperti kehangatan colenak dan ketan bakar yang tersimpan lama. Lembang, dengan segala kesederhanaannya, mengajarkan untuk kembali menghargai setiap rasa, setiap cerita, dan setiap hembusan angin yang membawa kesejukan. Di perjalanan pulang, aku merasa Lembang telah mengisi ruang kosong yang mungkin tak dapat diisi oleh kesibukan kota, ia menyentuh jiwa dengan cara yang lembut namun begitu mendalam, mengingatkan bahwa keindahan hidup bisa ditemukan di mana saja, bahkan di kedai kecil di pinggir jalan.

Perjalanan ke Lembang kali ini bukan hanya sekadar wisata kuliner; ia adalah perjalanan jiwa yang membawa kembali kenangan, menghangatkan hati, dan memberi makna baru pada setiap langkah di jalan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun