Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menerapkan Filosofi Kesuksesan dari Kakawihan Sunda Paciwit-Ciwit Lutung

31 Oktober 2024   10:41 Diperbarui: 31 Oktober 2024   11:08 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



"Lebih dari Sekadar Kakawihan Kaulinan, Sebuah Filosofi Hidup Yang Bisa Kita Pelajari dari Leluhur Sunda"

Bagi banyak orang Sunda, istilah Paciwit-ciwit Lutung mungkin membangkitkan kenangan masa kecil saat bermain dengan teman-teman di halaman rumah atau lapangan. 

Kakawihan atau nyanyian permainan ini sering dilantunkan anak-anak sambil bermain, mengiringi tawa dan canda tanpa memikirkan makna yang terkandung di dalamnya.

 Tapi di balik lirik sederhana itu, tersimpan filosofi mendalam yang diajarkan oleh leluhur Sunda. Paciwit-ciwit Lutung bukan sekadar permainan, melainkan cerminan nilai-nilai yang berakar kuat dalam kehidupan bermasyarakat.

Seperti yang diungkapkan oleh Bah Irdas, seorang budayawan Sunda, kakawihan Paciwit-ciwit Lutung, mengandung pelajaran hidup yang luar biasa. Permainan ini mengajarkan konsep bahwa mencapai puncak tidaklah mudah dan membutuhkan kebersamaan, pengorbanan, serta kerjasama. 

Dalam permainan ini, anak-anak bergandengan tangan, saling menarik, dan mencubit satu sama lain. Tindakan mencubit, dalam konteks permainan ini, bukan sekadar iseng atau bercanda, tetapi menyimbolkan tindakan untuk saling mengangkat derajat. 

Filosofi ini mendorong anak-anak sejak kecil untuk mengerti bahwa untuk bisa "naik ke atas," mereka perlu saling menarik dan mendukung.

Bayangkan, seorang anak yang berada di bawah dalam permainan ini, akan merasa tertarik ke atas oleh anak lain yang ada di atasnya. Dalam proses itu, dia tidak hanya diangkat, tetapi juga diajarkan untuk mengangkat yang lain saat sudah berada di atas. 

Di sinilah inti filosofi yang sangat relevan bagi kehidupan bermasyarakat, tidak ada kebahagiaan atau kesuksesan sejati yang bisa dicapai sendirian, melainkan dengan merangkul dan membantu orang lain.

Filosofi saling mengangkat ini mencerminkan nilai gotong royong yang sangat kental dalam budaya Sunda. Kita diajak untuk tidak hanya fokus pada diri sendiri tetapi juga peduli pada lingkungan sekitar. 

Seperti yang ditunjukkan permainan ini, saat seseorang sudah berada di posisi atas, ia tidak lantas menikmati kedudukannya sendiri, melainkan ia punya tanggung jawab untuk membantu yang lain agar bisa ikut naik. 

Makna kebersamaan yang ditanamkan sejak kecil melalui permainan ini menjadi bekal bagi anak-anak dalam menghadapi kehidupan dewasa yang penuh tantangan. Tidak mudah berada di atas, dan itu tidak akan tercapai tanpa bantuan orang lain.

Sebagai bagian dari filosofi hidup, Paciwit-ciwit Lutung juga mengajarkan sikap rendah hati dan tidak egois. Di dalam permainan ini, anak-anak tidak saling menekan atau menginjak satu sama lain untuk naik. 

Sebaliknya, mereka saling mengangkat. Setiap orang punya kesempatan untuk naik dan berada di atas, tanpa harus merendahkan yang lain. Sebuah pelajaran sederhana namun dalam: kesuksesan sejati adalah saat kita bisa melihat orang lain ikut berhasil.

Permainan ini juga memberi pelajaran tentang kesabaran dan ketekunan. Tidak setiap anak bisa langsung berada di atas, tetapi mereka harus melewati proses, dari bawah, lalu ke atas, dan kembali membantu yang lain. 

Sama seperti dalam hidup, kadang kita berada di bawah, berusaha keras untuk mencapai puncak, dan saat sudah sampai di sana, kita diingatkan untuk melihat ke bawah, kepada mereka yang membutuhkan dorongan. Filosofi ini mengajarkan kita untuk tidak lupa dari mana kita berasal, dan untuk selalu mengingat perjuangan kita saat kita berada di posisi yang lebih baik.

Dalam konteks budaya Sunda, nilai-nilai seperti ini telah mendarah daging dan menjadi fondasi kehidupan sosial. Kebersamaan, saling tolong-menolong, serta tidak mementingkan diri sendiri adalah kunci dalam menjaga keharmonisan masyarakat. Melalui permainan Paciwit-ciwit Lutung, anak-anak Sunda diajak untuk mengenal dan meresapi nilai-nilai ini sejak dini, sehingga kelak mereka tumbuh menjadi individu yang berkarakter dan memahami pentingnya peran mereka di tengah masyarakat.

Pentingnya permainan ini, bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana edukasi sosial, patut diapresiasi dan dilestarikan. Dalam era modern, permainan tradisional seperti Paciwit-ciwit Lutung, mungkin perlahan tergeser oleh permainan digital dan aktivitas lain yang seringkali mengedepankan individualisme. 

Anak-anak zaman sekarang mungkin tidak mengenal makna dari Paciwit-ciwit Lutung seperti halnya generasi sebelumnya. Namun, di sinilah letak tantangannya bagi kita semua, untuk mengenalkan kembali dan menghidupkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Sebagai salah satu warisan budaya Sunda, permainan ini tidak hanya perlu dilestarikan dalam bentuk fisik, tetapi juga harus dikenalkan sebagai bagian dari nilai kehidupan yang mendidik dan membentuk karakter. 

Dengan memahami makna Paciwit-ciwit Lutung, anak-anak dapat belajar tentang keindahan berbagi dan kebersamaan, yang nantinya akan menjadi modal penting dalam menjalani hidup.

Paciwit-ciwit Lutung bukan sekadar permainan, tetapi sebuah cerita penuh makna, sebuah lagu sederhana yang menyimpan filosofi mendalam. Leluhur kita memang terlalu cerdas dan bijak untuk menggubah sesuatu tanpa makna. 

Melalui permainan ini, kita diajak untuk mengenang kembali bagaimana kebersamaan menjadi dasar dari segala pencapaian, bagaimana meraih puncak tidak bisa dilakukan sendirian, dan bagaimana kesuksesan sejati adalah saat kita bisa mengangkat yang lain bersama kita. 

Ada nilai kehidupan yang diwariskan lewat suara tawa dan cubitan kecil dalam kakawihan itu. Nilai untuk saling mendukung, mengangkat derajat, dan menghargai proses dalam perjalanan menuju kesuksesan. Ini adalah pelajaran dari leluhur, yang meski tampak sederhana, tak lekang oleh waktu.


Artikel ini terinspirasi dari postingan di akun Instagram [@infobandungbarat](https://www.instagram.com/infobandungbarat/) yang membahas tentang filosofi dan makna mendalam dari kakawihan kaulinan tradisional Sunda, Paciwit-ciwit Lutung, berdasarkan wawancara dengan budayawan Sunda, Bah Irdas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun